Keberanian yang Berbeda (2)

Keluaran 2:23-4:17

Lalu berkatalah Daud kepada Natan: “Aku sudah berdosa kepada TUHAN.”
2 Samuel 12:13

 

Kedua, berani pergi saat lebih mudah untuk tinggal. Bagi Musa, jauh lebih mudah dan nyaman jika tetap menjadi gembala ketimbang harus kembali ke Mesir, tempat ia pernah terlibat suatu kasus pembunuhan, apalagi menghadap Firaun dan memintanya melakukan sesuatu yang jelas tak akan ia turuti. Musa pun sempat mengemukakan berbagai alasan pada Tuhan. Namun, pada akhirnya ia tak bisa beralasan lagi ketika Tuhan sudah memberi jaminan. Musa punya alasan untuk takut. Tapi, Tuhan memberikan alasan untuk ia berani. Berkebalikan dengan poin satu yang sudah dibahas kemarin, sering kali ketakutan menghalangi kita melakukan sesuatu yang seharusnya kita lakukan. Berani mengampuni saat lebih mudah untuk mendiamkan. Berani mengasihi saat orang lain terus menyakiti. Berani melakukan yang benar saat orang lain melakukan yang salah. Berani menyatakan iman setia kita kepada Allah di saat semua orang menggadaikan iman mereka untuk dunia. Itulah keberanian yang Tuhan perintahkan pada kita.

Tiga, berani meminta bantuan saat lebih mudah pura-pura baik-baik saja. Yang ketiga ini sama sulitnya dengan dua yang pertama. Banyak orang memilih bermain rahasia saat mereka seharusnya mulai mencari pertolongan. Bahkan semakin baik citra kita di mata orang, makin sulit juga untuk kita minta pertolongan. Tapi, alih-alih bisa mengatasi masalahnya, lebih sering kita mendengar kabar mengejutkan tentang orang-orang yang tampaknya baik tapi ternyata jatuh begitu dalam ke sebuah dosa. Wanita Kristus, mengakui kelemahan diri, bahkan meminta bantuan pada orang lain, bukanlah tanda kelemahan. Tapi, itu adalah tanda kita berani meningkatkan diri. Sering kali, berani mengakui kesalahan dan minta tolong akan membuat kita dipakai Tuhan lebih lagi. Inilah yang membedakan Saul dan Daud. Saul bergeming bahkan mengeraskan hati saat ditegur Samuel (1 Sam. 15), tapi Daud langsung bertobat saat Natan memperingatkannya (2 Sam. 12:1-25). Mengaku dosa dan diperingatkan itu tidak enak. Tapi, berani dipimpin, dibimbing, ditegur, diingatkan, diajar, dst, itulah syarat agar hidup kita bisa dibentuk-Nya lebih lagi. Ya, itulah tiga keberanian yang berbeda yang perlu kita miliki, khususnya berkaitan dengan kehidupan rohani kita. • @

Berani melangkah dan berani mengakui kelemahan adalah keberanian sejati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keberanian yang Berbeda (1)

Oktober 19, 2021

Mahkota Suami

Oktober 19, 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *