Efesus 5:22-33
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
Efesus 5:31
“Beli Rumah Bisa Ajak Pemiliknya Menikah.” Bunyi iklan tersebut sempat membuat kehebohan di media sosial beberapa waktu lalu. Seorang wanita berusia 40 menjual rumahnya karena merasa berat dengan angsuran cicilan rumah itu. Kepada perantara jual beli rumah itu, ia juga bercerita bahwa ia juga sedang mencari jodoh karena sejak tahun 2000 menjanda. Maka, oleh si perantara, dibuatlah iklan dengan tagline heboh itu. Orang pun ramai berkomentar. Dan salah satu komen yang menggelitik adalah bahwa wanita itu cukup pintar. Karena jika ada pembeli rumah itu yang masuk kriteria menjadi suaminya, maka otomatis rumah itu juga akan kembali menjadi miliknya bersama sang suami. Mendapat pasangan, rumah juga tetap dimiliki. Benar juga!
Kita tidak akan membicarakan tentang iklan tersebut. Namun, tak jarang hal seperti itu terjadi dalam sebuah pernikahan. Maksudnya, ada sebagian orang yang menikah tapi juga ingin semua yang ada padanya tetap menjadi miliknya. Ini bukan tentang harta benda. Tapi, ini tentang kebiasaan, cara hidup, keinginan, ambisi, dan banyak hal lainnya. “Aku memang seperti ini dari dulu”, “Kamu harus bisa menerima aku apa adanya”, “Pokoknya ini yang aku mau.” adalah kalimat-kalimat yang akan sering keluar dari mereka.
Pernikahan bukanlah sekadar hidup bersama suami dan istri, tapi pernikahan adalah bersatunya dua pribadi. Maleakhi 2:15 menyatakan pernikahan adalah sebuah kesatuan, demikian juga dengan Efesus 5:31 yang menyatakan suami istri adalah SATU daging. Alih-alih membawa “barang-barang” pribadinya dan berharap pasangannya akan menambahkan lagi sehingga barang pribadinya makin banyak, dalam pernikahan kita harus bisa saling melengkapi dan menopang dan semuanya itu ada dalam pedoman firman Tuhan. Ibarat perjalanan, pernikahan bukanlah perjalanan di mana kita dan suami masing-masing membawa berbagai macam koper. Tapi, pernikahan adalah ketika kita harus bisa mengepak barang-barang kita dan suami sehingga cukup masuk ke dalam satu koper saja. Di situlah, prinsip kasih itu kita praktikkan bersama. • @
Pernikahan bukanlah miliknya menambahkan milikku.