Menghargai yang Ada

Matius 25:14-30

…engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar…
Matius 25:21

 

Seorang ibu sedang duduk di dalam rumahnya sambil menggendong anaknya yang masih bayi saat tiba-tiba tsunami menerjang dan menyapu seluruh pemukiman tempat tinggalnya itu. Rumah ibu itu rata dengan tanah sedangkan anaknya juga ikut terlempar dan hilang entah ke mana. Sang ibu berhasil diselamatkan. Dan tidak berapa lama, bayinya ternyata juga berhasil ditemukan dengan selamat. Saat ditanya perasaannya, apakah ia sedih dan marah kehilangan harta bendanya, ibu ini justru berkata, “Saya merasa amat bersyukur karena bayi saya bisa berhasil diselamatkan. Ini adalah mukjizat. Saya tahu peluang untuk hal ini sangatlah kecil. Itu yang lebih penting bagi saya.”

Jika ada di posisinya, mungkin kebanyakan kita pun setuju dengan ibu dalam ilustrasi di atas. Namun, dalam praktik kehidupan sehari-hari – ketika yang kita alami tidaklah sehebat pengalaman si ibu tadi – jujur kita sering lupa akan hal ini. Berbicara tentang berkat, kita sering kali hanya melihat apa yang belum kita dapat. Kadang, kita terlalu sibuk meminta Tuhan memberkati ini itu sementara kita lupa dengan berkat-berkat yang sudah Ia berikan sehingga tak lagi bersyukur atasnya.

Ada orang berpikir bahwa hamba yang menerima satu talenta enggan mengembangkan talentanya karena ia hanya menerima 1 sementara yang lain 5 dan 2. Padahal, talenta itu jelas hanya titipan (nanti setelah dilakukan perhitungan, baru mereka diberi harta yang sebenarnya). Dan jika kita lihat bagaimana tuannya dideskripsikan di ayat 24, bisa disimpulkan makin banyak harta yang dititipkan, makin berdebar-debar pula hamba yang mendapatkannya. Jadi, hamba yang menerima 1 talenta bisa dibilang punya tugas paling ringan. Namun, justru dengan tanggung jawab ringan itulah, ia gagal.

Berkat adalah tanggung jawab. Ini harus kita ingat. Di dalam berkat, ada kewajiban yang harus kita lakukan sebagai pengelolanya. Jadi, bagaimana sikap kita setelah menerima juga sama penting dengan sikap sebelum menerima berkat tersebut. Jika kita tak bisa memelihara dan bersyukur atas berkat-berkat yang sudah kita terima, bagaimana kita bisa meminta lebih banyak berkat lagi? • @

Berkat adalah tanggung jawab, jika ingin mendapat berkat lebih besar, dibutuhkan sikap tanggung jawab besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bad Hair Year

Januari 17, 2023

Hemat yang Bijak

Januari 17, 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *