Anak Tak Tahu Diri

RH Spirit 01 Oktober 2024

Lukas 15:11-13, Filipi 2:1-11

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib
Filipi 2:8

 

Seorang konselor pernikahan berkata, “Hal yang sangat dibutuhkan istri adalah perhatian dan kasih sayang, sementara yang dibutuhkan suami adalah rasa hormat.” Itu sebabnya Kolose 3:18-19 minta istri tunduk pada suami dan suami mengasihi istri. Tak hanya dalam pernikahan, sebagai seorang ayah, rasa hormat dari anak-anak juga sangat penting. Sering terjadi, anak yang terlibat kriminal atau tindakan negatif lain akan dianggap mencoreng nama baik ayahnya. Dalam budaya Yahudi di zaman Alkitab, di mana perintah “hormatilah ayah dan ibumu” berlaku, ini lebih lagi.

Ketika mendengar perumpamaan hari ini, para pendengar-Nya, baik itu para murid atau orang Farisi, akan terkejut dengan karakter-karakter di sana. Si bungsu jelas adalah anak tak tahu diri. Ia lancang meminta bagian warisan meski ayahnya masih segar bugar. Ini penghinaan bagi seorang ayah. Si bungsu seakan berharap ayahnya segera mati. Tujuan si bungsu minta warisan bahkan hanya karena ia ingin berfoya-foya dan pergi jauh dari ayahnya. Mungkin si bungsu merasa tinggal dengan ayahnya membuatnya tak bisa bebas berbuat sesukanya. Bagaimana sikap ayahnya mendengar permintaan ini? Sang ayah membagikan warisan itu. Apakah ini ayah yang takut anak? Apakah dia ayah yang lembek? Tidakkah ia tahu jika hal itu akan membuatnya kehilangan banyak harta? Tidakkah ia tahu anaknya itu hanya akan memboroskan harta tersebut? Kenapa ia tidak mencegahnya?

Sang ayah mengabulkan keinginan anak tak tahu diri itu bukan karena takut, tapi karena kasihnya begitu besar. Kita tahu gambaran siapakah ayah dan si bungsu itu. Si bungsu adalah kita, manusia yang memberontak pada Bapa. Karena ingin bisa bebas melakukan semuanya sendiri, kita melakukan dosa yang memalukan, kita ibarat mencoreng wajah Bapa Sorgawi yang menciptakan kita segambar dengan-Nya. Sang ayah adalah Tuhan. Yang Ia lakukan mungkin memalukan di mata orang. Namun, bukankah memang itu yang Ia lakukan? Tuhan rela turun ke dunia, menjadi manusia hina, bahkan mati di atas kayu salib. Semua dilakukan semata karena kasih-Nya kepada kita! Akankah kita masih mau mempermalukan Dia dengan terus berbuat dosa? • HCJ

Karena kasih-Nya, Ia rela merendahkan diri demi menebus kita.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

It’s Okay to Lose

September 6, 2024

Negotiation & Power

September 6, 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *