Apakah Saya Pemimpin?

Matius 23:1-36

Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta?
Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?
Lukas 6:39

 

Banyak orang ingin menjadi pemimpin. Lihat saja, hajatan Pemilu yang akan berlangsung tahun ini. Ada begitu banyak orang menyatakan bahwa dirinya bisa memimpin, dirinya bisa mewakili rakyat atau golongan tertentu dalam pemerintahan. Di perusahaan, kenaikan jabatan juga menjadi impian setiap orang, semakin tinggi jelas semakin diimpikan. Padahal, semakin tinggi jabatan, kita juga harus memimpin lebih banyak orang. Semua orang pun merasa dirinya bisa memimpin. Tapi, nyatanya hanya karena orang ingin dan merasa bisa memimpin, bukan berarti ia lalu memang bisa memimpin.

Anda merasa bisa memimpin? Pakar leadership Mike Myatt menulis 10 penyebab seseorang tidak bisa menjadi pemimpin. Sepuluh hal itu adalah, apa yang dikerjakan jarang berhasil atau berhasil tapi dengan cara salah, tidak peduli dengan orang yang dipimpin, hanya mengejar posisi/jabatan, lebih suka berjanji daripada menepatinya, lebih suka menunjukkan kelemahan orang daripada memacu kelebihan mereka, hanya bekerja sesuai aturan, cenderung mematikan potensi dan talenta bawahan, lebih suka dipuji daripada memuji, dan lebih peduli pada proses/sistem/prosedur daripada manusia.

Menjadi pemimpin bukanlah tentang jabatan, tapi tentang apakah kita peduli dengan orang lain dan apa yang hendak diraih bersama. Itu sebabnya, Yesus sangat mengecam para pemimpin Yahudi dan orang Farisi. Sebagai pemimpin masyarakat, mereka justru lebih peduli pada sistem/aturan daripada manusia (Mat. 12:10-12), suka mencari pujian bagi dirinya sendiri (Mat. 23:5-7), lebih suka mencari kelemahan orang (Mat. 22:15), dan tak peduli apakah cara mereka mencapai tujuan – menuntun bangsa Yahudi kepada Allah – benar atau justru melenceng. Yesus bahkan menyebut mereka pemimpin buta (ay. 24) yang menuntun orang buta. Mengapa orang Farisi gagal menjadi pemimpin? Karena mereka merasa dirinya sudah cukup baik (lih. Luk. 18:9-14). Ya, inilah jebakan yang sering membuat para pemimpin dan calon pemimpin gagal. Anda boleh merasa diri mampu memimpin, tapi jika dalam memimpin Anda hanya berpikir tentang jabatan atau pujian diri, hanya memikirkan target dan aturan lebih dari tim, maka biarlah renungan ini bisa menjadi bahan evaluasi diri Anda. • Arie

Ukuran seorang pemimpin bukanlah posisinya, tapi tindakannya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pemimpin Tanpa Pengikut

Maret 17, 2023

Bukan Untung-Untungan

Maret 17, 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *