II Korintus 4:16-18,5:1-5
Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
II Korintus 4:18
Pada Desember 1903, setelah melakukan berbagai percobaan, dua bersaudara Orville dan Wilbur Wright akhirnya berhasil membuat ‘mesin terbang’ buatan mereka melayang di udara. Mereka pun begitu gembira dan mengabarkan hal ini melalui telegraf kepada saudarinya, Katherine. Bunyi pesan itu adalah: “Kami berhasil melayang hingga setinggi 120 kaki. Jadi, kami sekarang bisa pulang saat Natal nanti.” Begitu menerima pesan tersebut, Katherine Wright segera bergegas menemui seorang editor surat kabar lokal. “Berita gembira, Orville dan Wilbur sudah memastikan bisa pulang saat Natal nanti!” Katherine Wright salah menyerap mana pesan yang terpenting. Ia tidak menyadari bahwa sejarah telah diukir, manusia bisa terbang di udara.
Seorang teman mengaku ia pernah benci dengan perayaan Natal. Ia benci karena saat itu, jika ke gereja ia harus berdesakan. Bukan hanya itu, suasana Natal di beberapa daerah menurutnya hanya menjadi ajang pesta pora, konsumerisme, tanpa kekhusyukan. Ia juga benci Natal karena penelitian menunjukkan tanggal 25 Desember mustahil adalah hari kelahiran Yesus. Tanggal tersebut memang awalnya adalah tanggal perayaan kaum pagan untuk memuja dewa matahari. Kenapa para bapa gereja sampai begitu teledor mengadopsi kebudayaan penyembah berhala? Demikian protesnya.
Mungkin Anda pernah merasakan yang sama seperti teman saya tadi? Ilustrasi tentang Katherine Wright di atas kiranya bisa memberi pengertian. Mungkin benar jika tanggal 25 Desember diadopsi dari tradisi bangsa penyembah berhala. Namun, saat kita lebih terpaku pada hal-hal itu, kita telah mengabaikan fakta yang lebih penting. Para bapa gereja menetapkan tanggal itu untuk menghargai budaya sekaligus mengarahkan kaum pagan kepada Kristus. Yang lebih penting adalah hal itu membawa pertobatan mereka, bukan sejarahnya yang berdosa. Jangan sampai hal-hal yang bukan esensi Natal justru lebih menarik perhatian kita. Natal adalah kedatangan Juruselamat. Itulah awal pekerjaan besar Allah digenapi. Jadikan momen Natal ini untuk menangkap berkat-Nya! • Arie
Tangkaplah esensinya, bukan pernak-perniknya