Bukan Rubah Pincang

1 Raja-Raja 17:7-24

Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
1 Raja-Raja 17:15

Seorang pemuda dipecat dan sudah sebulan ini belum juga mendapat pekerjaan. Ia kini bahkan tidak punya uang untuk sekadar membeli makanan. Hampir putus asa, ia mencoba berjalan-jalan di hutan. Di situ, ia melihat seekor rubah pincang. Pemuda itu bertanya-tanya, bagaimana kira-kira rubah pincang seperti itu bisa bertahan hidup? Namun, tiba-tiba seekor harimau datang sambil membawa daging mangsa di mulutnya. Harimau itu makan di dekat rubah pincang itu. Lalu, setelah itu, ia meninggalkan sisa-sisa daging yang kemudian dimakan si rubah. “Oh! Sungguh Tuhan itu baik. Kalau rubah pincang itu saja dipelihara secara ajaib, pasti aku juga ditolong-Nya.” Pikir pemuda itu. Lalu, ia pulang ke rumah, menutup pintu, dan diam di kamar menunggu pertolongan Tuhan. Namun, hari demi hari tidak ada apa-apa. Karena ia sudah kehabisan makanan, maka tubuhnya juga makin lemah. Sampai satu saat malaikat datang dan berkata, “Nak, kenapa kamu menganggap dirimu seperti rubah pincang? Bangun dan bertindaklah layaknya harimau perkasa!”

Alkitab berkata bahwa Tuhan pasti akan menolong kita yang berseru kepada-Nya (Mzm. 50:15). Sayangnya, saat mendengar itu banyak orang jatuh dalam pemikiran seperti pemuda tadi. Kita lebih suka melihat diri kita sebagai korban, pihak yang lemah, yang tidak bisa berbuat apa-apa. Bandingkan ini dengan teladan sikap janda di Sarfat. Yang menakjubkan dari janda di Sarfat ini adalah bahwa ia mau memberi meski ia sadar dirinya sendiri sedang dalam kesusahan. Apa yang terjadi kemudian bisa kita baca sendiri. Bukan hanya perekonomiannya yang dipulihkan, tapi juga anaknya mengalami mukjizat dibangkitkan dari kematian!

Apakah saat ini kesulitan sedang menghampiri hidup kita? Lalu bagaimana kita memandang diri kita? Apa kita hanya melihat diri kita sebagai korban, yang selalu minta supaya Tuhan memberkati dan menolong kita secara ajaib? Atau kita mau mengambil langkah iman dengan memberkati orang lain lebih dulu? Iman lebih dari sekadar percaya. Tapi, iman harus disertai dengan perbuatan. Jika kita percaya bahwa Tuhan akan memulihkan kita, tunjukkan bahwa Ia pasti melakukannya!• Arie

Berhenti melihat diri sendiri sebagai korban, tapi bersikaplah sebagai pemenang

Blessings for All

Desember 26, 2017

Dream not Dreamer

Desember 26, 2017