Eccedentesiast

RH Spirit Next 01 Mei 2021

Lukas 22:39-46

 Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya,
lalu Ia berlutut dan berdoa, …
Lukas 22:41

 

Eri lagi in a deep shit. Masalahnya tuh banyak banget. Santo tahu banget masalah-masalah hidup yang lagi Eri alami. Pertama, ortu Eri sering banget bertengkar akhir-akhir ini dan sekarang lagi proses cerai. Udah gitu, usaha bapaknya Eri juga lagi turun karna masalah pandemi. Ditambah lagi, kakak Eri yang udah berkeluarga juga baru-baru ini didiagnosa kena Covid – 19. Itu baru masalah keluarganya, belum masalah Eri pribadi. Well, pacar Eri kapan hari juga ketahuan jalan bareng cowok laen. Apes banget nggak tuh?! Tapi setiap kali kumpul sama Eri dan temen-temen seklub motor lainnya, Santo nggak pernah liat wajah Eri lagi murung atau ngelamun. Santo tahu bener, hati Eri mungkin lagi sakit, tapi Eri memilih menyembunyikannya dan memperlihatkan senyum.

Nah, Eri tuh termasuk seorang “eccedentesiast”, yakni istilah psikologi yang ditujukan buat seseorang yang lebih milih menyembunyikan kesedihan di balik senyum. Dia gak suka orang lain tahu kalo mereka lagi bersedih dan punya banyak masalah, sehingga ia selalu tersenyum seolah-olah nggak terjadi apa-apa. Lantas, apakah ini baik? Ternyata enggak juga. Sorry to say, tapi masalah ini ternyata masuk dalam kategori gangguan kejiwaan, meski levelnya masih ringan. Yup, eccedentesiast dikatakan ringan karena nggak membuat penderitanya gila seperti pasien rumah sakit jiwa. Tapi, ini bisa jadi berat kalo penderitanya cuman menahan masalah tanpa mencari jalan keluarnya.

So, kuncinya di frasa terakhir itu ya … Boleh aja nutupin kesedihan dengan senyum atau tawa palsu. Tapi jangan sampe kita nggak mencari jalan keluarnya sama sekali. Coba deh liat Yesus. Waktu Ia tahu akan disalibkan, stresnya juga luar biasa. Bisa dibilang, Ia sedih banget, apalagi karna murid-Nya sendiri yang mengkhianati. Tapi meski Ia bersikap seolah nggak apa-apa di depan murid-murid yang lain, Ia mengeluarkan semua uneg-unegnya sama Bapa-Nya yang di surga, bahkan sampe peluhnya berubah jadi seperti titik-titik darah karna ketakutan yang amat sangat. Curhat sama Bapa-Nya; inilah jalan keluar yang coba Ia usahakan. Lantas, gimana dengan kita? Boleh aja nutupin masalah dan kesedihan, tapi pastikan cari jalan keluarnya untuk mengatasi atau setidaknya meringankan bebannya: selesaikan masalahnya, curhat sama orang yang dipercaya, cari nasihat, lakukan aktivitas yang positif, dan sebagainya. • Dian

“Masalah akan menjadi setengah terselesaikan saat masalah tersebut diceritakan ke orang yang tepat.”
Charles Kettering – Investor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

All for One, One for All

April 30, 2021

Tantangan Itu Perlu

April 30, 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *