2 Raja-raja 4: 8-17
Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Galatia 6:9
Pada suatu malam berangin kencang, sepasang orang tua datang di sebuah hotel kecil di Philadelphia, AS. Tetapi, mereka harus kecewa karena mendapati jika semua kamar penuh. Kebetulan, pada saat itu memang ada tiga acara besar diadakan di kota tersebut, sehingga hotel-hotel pun full booked. Sepasang orang tua itu hampir putus asa dan pergi sebelum seorang resepsionis menawari mereka untuk menginap di kamarnya. “Memang bukan kamar mewah, tetapi saya tidak bisa membiarkan tamu-tamu saya berada di tengah hujan badai pada jam satu dini hari seperti ini.” Keesokan harinya, pria tua itu memuji, “Anda adalah karyawan yang sangat baik, sudah sepatutnya Anda menjadi direktur hotel terbaik di Amerika Serikat.”
Dua tahun setelah malam itu, resepsionis tersebut menerima undangan dari pria tua itu untuk datang ke kota New York. Ketika mereka bertemu di stasiun New York, resepsionis tersebut diajak ke sudut kota dari Thirty-fourth Street dan Fifth Avenue. Pria tua itu menunjuk satu bangunan besar yang sangat mewah dengan batu merah di setiap sudutnya, “Itu adalah hotel yang aku bangun untuk Anda pimpin.” Ya, ternyata pria tua itu adalah William Waldorf Astor dan bangunan megah itu adalah hotel Wardolf-Astoria yang pertama. Sementara resepsionis muda itu tak lain adalah George C. Boldt, manajer pertama hotel yang kini dikenal dengan jaringan hotel mewah yang tersebar di seluruh dunia.
Pengalaman George C. Boldt ini mirip dengan pengalaman perempuan Sunem yang menolong Elisa. Kebaikan hati perempuan itu kemudian berujung pada kebahagiaannya sendiri. Kebaikan kecil tapi yang dilakukan dengan tulus hati akan memberi dampak besar, bukan saja pada si penerima namun pada diri kita sendiri. Sikap Boldt yang menganggap “customer is the real boss” bukanlah semata-mata slogan cantik. Tapi, cobalah praktikkan sendiri nilai ini dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perjalanan meniti karier kita. Memang, kita tidak akan pernah tahu bagaimana bentuk buahnya, tapi paling tidak dengan menanam benihnya kita bisa menduga buah apa yang kita petik suatu hari nanti, bukan? •Hendro
Benih kebaikan tidak akan menghasilkan buah keburukan