1 Korintus 13
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
1 Korintus 13:13
Dua-duanya merupakan penulis hebat. Siapa yang tidak kenal Ernest Hemingway? Siapa yang tidak mengenal Corrie ten Boom? Sama-sama terlahir sebagai penulis hebat, tapi keduanya memiliki masa kecil yang bertolakbelakang. Ernest Hemingway dibesarkan dengan didikan yang terlampau keras hingga melukai hatinya. Ayahnya kerap menghukumnya dengan mengurungnya di gudang. Di gudang itulah Ernest memegang senapan lalu membayangkan membidik kepala ayahnya. Ironisnya, puluhan tahun kemudian senapan tua itulah yang digunakan Ernest Hemingway untuk mengakhiri hidupnya. Di sisi lain, Corrie ten Boom dibesarkan oleh kasih sayang ayahnya. Saat hendak tidur, sang ayah selalu mendoakan sambil menumpangkan tangan di atas kepalanya sambil berkata, “Corrie, aku mengasihimu.” Puluhan tahun kemudian Corrie ditangkap di kamp konsentrasi Jerman. Ia dianiaya dan dilecehkan, tapi ia tetap kuat karena selalu membayangkan Bapa surgawi menaruh tangan-Nya di atas kepalanya sambil berkata, “Corrie, aku mengasihimu.”
Cara orang tua mendidik menentukan seberapa kuat karakter anaknya di waktu yang akan datang. Semuanya itu sangat dipengaruhi oleh kenangan seperti apa yang tersimpan dalam pikiran anak. Kenangan memberikan pengaruh yang sangat besar. Anak yang dibesarkan dengan kasih sayang dan banyak kenangan manis akan memiliki jiwa yang kuat. Ia akan tetap teguh di saat menghadapi masa-masa sulit dalam kehidupannya. Sebaliknya, anak yang dibesarkan tanpa kasih sayang dan hidupnya hanya berisi memori gelap nan menyedihkan, maka ia akan sangat rapuh. Sedikit kesulitan sudah cukup membuatnya putus asa, frustrasi, menyerah kalah, bahkan tak sedikit yang memilih mengakhiri hidup.
Orang tualah yang menciptakan goresan kenangan dalam pikiran anak. Berikan anak kita kasih sayang, kita sedang menggambar kenangan yang indah. Sebaliknya, jika kita absen dalam memberikan kasih, kita sedang menggambar kenangan yang gelap. Tidak ada pengaruh yang lebih besar daripada kenangan-kenangan yang kita goreskan dalam pikiran anak kita. *
Kuat rapuhnya seseorang sangat ditentukan oleh kenangan-kenangan yang ia terima saat masih kecil.
Sebagai orang tua, kita adalah guru bagi anak-anak kita. Kita mengajarkan banyak hal pada anak kita. Kita memberikan pengalaman batin dengan pendidikan dan perilaku kita saat menghadapi anak-anak kita. Misalnya saja kita makan sambil berdiri, saat anak kita melihatnya dan meniru kita. Padahal makan sambil berdiri sebenarnya tidak etis. Jika kita mengingatkan anak-anak kita, justru kita akan dijawab anak kita kan saya meniru bapak/ ibu. Nah, kita sebagai contoh anak aka kita harus berperilaku baik sebelum mendidik anak kita untuk baik.