Kesombongan Rohani

RH Spirit 01 Juli 2025

Lukas 18:9-14

Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain,
bukan perampok,
bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;
Lukas 18:11

 

Mungkin kita sudah hafal perumpamaan hari ini. Di sini, Yesus kembali memberikan gambaran yang kontras dengan cara pandang umum. Orang Farisi yang dihormati, dianggap ahli agama yang saleh, dibandingkan dengan pemungut cukai yang dianggap tercela, pengkhianat bangsa, pendosa, dan korup. Tapi, setelah sama-sama berdoa, justru pemungut cukai itu yang pulang dengan dibenarkan.

Bukan karena doa pemungut cukai lebih baik sehingga kita lalu menganggap menunduk dan memukuli diri adalah gaya berdoa yang berkenan bagi Tuhan, misalnya. Bukan juga karena Tuhan lebih menyukai mereka yang lebih berdosa. Sampai kapan pun, dosa tetap merupakan kejijikan di mata Allah. Tapi, ini karena sikap hati dan cara pandang mereka. Dari doanya, kita bisa lihat bahwa orang Farisi ini tidak mengaku dosanya, tidak memuji Tuhan tapi memuji diri sendiri dan menjelek-jelekkan orang lain. Ia juga merasa dirinya lebih layak diperhatikan Allah tapi juga tak merasa butuh kasih karunia-Nya, karena ia merasa bisa hidup saleh dengan kekuatannya sendiri. Orang Farisi ini berdoa, menyebut nama Tuhan, bahkan seolah bersyukur kepada Tuhan, tapi doanya hanya fokus ke dirinya sendiri dan menunjukkan bahwa ia sudah hidup dengan baik sehingga layak dipuji dan diberkati.

Kesombongan rohani seperti ini tidak mudah dikenali, karena dalam kesehariannya mereka mungkin dikenal baik, murah hati, bahkan seolah dewasa rohani. Namun, Tuhan mengenali kesombongan mereka. Akibat kesombongan tersebut pun sangat serius, yaitu ia tidak dibenarkan. Artinya, ia tetap dianggap berdosa, ibadah dan kesalehannya sia-sia, ia juga tidak mendapatkan bagian dalam Kerajaan Sorga. Mengapa begitu berat? Karena orang yang sombong rohani ini merasa dirinya sudah benar, sehingga ia tidak merasa butuh kasih karunia Allah. Ia merasa yakin pasti selamat karena sudah berbuat baik. Orang sombong rohani juga suka merendahkan orang lain. Maka, seperti kata Yesus, penghakiman yang kita pakai akan dipakai untuk menghakimi kita (Mat. 7:2). Jika kita suka merendahkan orang lain, kita pun akan direndahkan Tuhan. Begitu seriusnya dampak dari sombong rohani, biarlah ini menjadi pengingat bagi kita semua. • ARC

Kesombongan rohani kadang tidak terlihat oleh manusia, tapi Tuhan melihatnya

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Menjaga atau Memulihkan?

Juni 3, 2025

Membaca Situasi

Juni 3, 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *