Mazmur 61:1-5
Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu;
tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku.
Mazmur 61:3
Iblis sedang mengadakan obral barang bekas. Di rak terpajang berbagai alat besar, berkilau dan rumit. Masing-masing diberi label: pembunuhan, percabulan, kebencian, dendam, dusta dan masih banyak lagi. Tapi di sebuah sudut tergeletak sebuah alat kecil yang harganya sangat mahal. Saat seorang peminat bertanya mengapa benda usang itu harganya jauh di atas yang lainnya, Iblis menjawab dengan bangga, “Yang itu namanya hati yang lemah. Alat itu bisa kugunakan pada siapa pun dan selalu berhasil.”
Rasul Paulus mengatakan dalam 2 Korintus 4: 8-10, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; … Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami…” Di titik terendah hidup kita, perasaan lemah, takut, habis akal, kelelahan batin, mungkin saja menyelinap ke dalam hati, ini sangat manusiawi. Namun, jangan izinkan perasaan-perasaan yang melemahkan itu menetap dan menguasai diri hingga perlahan-lahan mengeringkan pengharapan kita. Kita harus melawannya dengan cara menjaga pandangan kita hanya kepada Kristus dan bangkit kembali entah berapa kali pun kita terjatuh.
Wanita yang dikasihi Allah, pernahkah Anda merasa hati Anda menjadi lemah? Saya pernah. Namun jangankan kita, raja Daud yang begitu terlatih imannya pun pernah mengalaminya. Sendirian dan terasing, itulah situasi yang dihadapi Daud. Berada dalam pelarian tanpa seorang pun teman, tentu ia merasa sangat kesepian dan hatinya pun cenderung menjadi lemah. Namun, untunglah dia sadar dan menuliskan Mazmur yang kita baca hari ini. Ke mana ia harus pergi kalau bukan kepada Tuhan? Siapakah yang bisa dia ajak bicara kalau bukan Tuhan? Dalam kelemahannya, Daud pun berseru kepada Tuhan, Gunung Batunya. Masalah memang dapat membuat hati kita lemah, namun sebagai orang percaya, kita dapat memohon kekuatan dari Allah. Ingatlah kesetiaan-Nya telah kita alami sebelumnya dalam hidup kita. Pengalaman pribadi itu dan firman akan menguatkan kita kembali ketika merasa lemah. • Dhina KS
Jangan biarkan hati kita menjadi lemah!