Amsal 16:27-32
Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,
orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.
Amsal 16:32
Pertengahan tahun kemarin sebuah berita menghebohkan mencuat di media. Seorang ayah tega menabrakkan kaki anaknya sendiri di atas rel kereta api hanya gara-gara marah kepada istrinya. Si anak yang belum duduk di bangku TK itu harus menjalani sisa hidupnya dengan kaki kanan buntung akibat ulah bapaknya yang tak mampu mengendalikan emosi. Baru-baru ini juga terdengar kabar seorang ibu menghabisi bayinya yang baru berusia 2 minggu karena depresi. Emosi yang dibiarkan meledak bisa berakibat begitu mengerikan!
Manajemen emosi atau pengelolaan emosi menjadi agenda penting bagi setiap manusia. Tuhan menganugerahkan emosi atau perasaan kepada manusia untuk membuat hidup kita menjadi indah. Manusia bisa saling mencintai, saling menolong, bersatu, dan berbagi rasa karena memiliki emosi. Namun jika emosi dibiarkan menguasai diri kita, maka yang terjadi malah sebaliknya. Hidup kita jadi berantakan karena dikuasai amarah, kebencian, curiga, dan berbagai hal negatif lainnya. Ibarat sebuah pisau, bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat bila dipakai dengan benar, namun bisa juga mendatangkan celaka bila salah guna.
Wanita adalah makhluk dengan perasaan yang sensitif. Perasaan kita seringkali mendominasi keputusan dan tindakan kita. Apalagi bila “feeling” kita itu sudah berkali-kali tepat terbukti. Akibatnya kita jadi semakin mengandalkan perasaan dalam pengambilan keputusan. Padahal, harus kita akui perasaan kita bisa saja salah dan menipu. Perasaan wanita bisa dengan mudah berubah-ubah hanya karena dipengaruhi suasana, omongan teman, lagu yang didengar, berita yang ditonton, atau hal-hal yang kurang berlandasan lainnya. Firman Allah mengingatkan kepada kita, para wanita, untuk tidak mengandalkan perasaan kita melainkan bersandar sepenuhnya kepada Roh Kudus. (Amsal 3:5) Keputusan Hawa untuk menuruti kata hatinya memakan buah yang dilarang Tuhan di taman Eden, ternyata membuat Adam melakukan hal yang sama sehingga membuat seluruh keturunannya, termasuk kita, jatuh ke dalam dosa. Jangan biarkan diri kita dikendalikan perasaan kita. Sebaliknya, taklukkan perasaan kita kepada Firman Tuhan. Dengarkan apa yang Tuhan katakan sehingga kita bisa mengambil keputusan tepat sesuai kehendak-Nya. *tms
Perasaan kita bukanlah landasan yang tepat untuk mengambil keputusan.