Hakim-hakim 4:1-24
Kata Debora: “Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.”
Hakim-hakim 4:9
Barak sebenarnya memiliki kesempatan untuk menjadi hakim besar di Israel. Saat bangsa Israel ditindas dengan keras oleh raja Kanaan selama dua puluh tahun, Tuhan mendengar doa mereka dan berjanji akan membebaskan mereka dari penindasan Kanaan. Tuhan akan menyerahkan musuh-musuh mereka kepadanya. Sayang, Barak sebagai pemimpin justru melemparkan tanggung jawab itu kepada Debora, “Jika engkau turut maju aku pun maju, tetapi jika engkau tidak turut maju aku pun tidak maju.” (ay. 8). Debora mengambil alih kepemimpinan itu sambil berkata, “Baik, aku turut! Hanya, engkau tidak akan mendapat kehormatan dalam perjalanan yang engkau lakukan ini, sebab TUHAN akan menyerahkan Sisera ke dalam tangan seorang perempuan.” (ay. 9).
Di zaman itu dominasi laki-laki atas perempuan sudah tidak perlu diragukan lagi. Pria dianggap utama, sedang wanita hanya dianggap makhluk kelas dua. Jadi, di zaman itu melemparkan tanggung jawab kepemimpinan kepada seorang wanita sesungguhnya cukup memalukan. Bisa menjadi sebuah tamparan keras bagi pria-pria di zaman itu. Namun toh, tidak ada pria-pria yang protes. Dengan kata lain, Barak dan pria-pria lain saat itu tidak mau ambil risiko, mereka memilih untuk bermain aman saja. Akhirnya, Debora dan Yael yang mendapatkan kehormatan, bukan Barak!
Prinsip Tuhan itu sederhana. Jika kita tidak mau dipakai, orang lainlah yang akan dipakai-Nya. Jika kita tidak mau mengembangkan talenta, maka talenta itu akan dipindahkan kepada orang lain. Jika Israel sebagai keturunan Abraham tidak mau merespons seruan pertobatan, maka Tuhan dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu (Mat. 3:9). Jangan jual mahal di hadapan Tuhan. Jika Tuhan sudah memanggil kita untuk sebuah tugas, jalankan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Jangan melemparkan tanggung jawab itu kepada orang lain, jika kita melakukannya maka sesungguhnya orang lainlah yang mendapat kehormatan, bukan kita. Mari renungkan, berapa kali kita membuang begitu banyak kesempatan yang Tuhan berikan, hanya karena kita mau cari amannya saja? • Kwik
Jika kita tidak mau dipakai, maka orang lainlah yang akan dipakai Tuhan untuk menggantikan kita.