RH Spirit 01 Juli 2022
1 Timotius 5:1-2, 4:12
perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.
1 Timotius 5:2
Salah satu tantangan besar dalam menjaga kekudusan adalah menjaga pikiran. Mengapa? Pertama, karena pikiran tak bisa dilihat. Orang lain bisa tahu tindakan kita, tapi hanya diri kita dan Tuhan saja yang tahu apa yang kita pikirkan. Dua, dari pikiran jugalah, kita melakukan sebuah tindakan. Tak bisa dimungkiri, kita sekarang hidup di dunia yang selalu menggoda pikiran dengan ketidakkudusan. Baik itu melalui media hingga melalui berbagai pemikiran yang menormalkan ketidakkudusan. Dalam hal hubungan pria dan wanita, tantangannya juga makin besar. Bukan hanya dalam konteks pasangan yang sedang berpacaran atau menikah saja, tapi juga dalam pergaulan sehari-hari antar lawan jenis.
Alkitab tidak pernah melarang persahabatan antara pria dan wanita. Paulus bersahabat dengan Lidia, Priskila, Febe, Trifena, Trifosa, dll. Ia menyebut Persis sebagai sahabat yang ia kasihi (Rm. 16:12). Yesus bersahabat dengan Maria, Marta, Maria Magdalena, Yohana, dll. Barak bersahabat dengan Debora. Semua hubungan antara pria dan wanita itu bisa dilakukan dengan tetap menjaga kekudusan baik pikiran dan tindakan. Berbeda dengan pemikiran sebagian orang di zaman ini yang menganggap pria dan wanita tak mungkin bisa “hanya” bersahabat. Mengapa pemikiran seperti itu bisa muncul? Karena ketidakkudusan. Ketika seseorang memandang lawan jenisnya dengan hawa nafsu, dengan hanya ingin memuaskan ego dan kepentingannya sendiri, di situlah pikirannya sudah tercemari dosa.
Nah, bagaimana agar hubungan antar lawan jenis tetap bisa dijaga kekudusannya? Kepada Timotius yang masih muda dan secara jasmani juga rentan dengan godaan kekudusan ini, Paulus memberi prinsip: perlakukan wanita yang lebih tua sebagai ibu dan yang lebih muda sebagai adik dengan penuh kemurnian(1 Tim. 5:2). Tentu ini tidak hanya berlaku bagi pria terhadap wanita, tapi juga sebaliknya. Bukan dengan nafsu, tapi dengan hormat. Bukan dengan keinginan memanfaatkan tapi memberi dan melayani. Bukan melihat mereka sebagai objek seksual tapi sebagai saudara yang dikasihi. Menjadi teladan dalam kekudusan (1 Tim. 4:12), bukan hanya tugas Timotius, tapi kita semua sebagai orang percaya. Mari menjadi teladan! • ARC
Kekudusan dimulai dari pikiran.