Mengapa Tuhan Mengambilnya?

RH Spirit 01 April 2023

 Kejadian 22:1-19

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya,
saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
Lukas 14:26

 

Ada dua hal yang pasti terjadi dalam kehidupan semua manusia: kelahiran dan kematian. Namun, banyak orang hanya siap untuk yang pertama, tapi sangat tidak siap untuk yang kedua. Padahal cepat lambat, diri kita maupun orang tua, pasangan, anak, saudara, dan orang-orang yang kita sayangi lainnya, pasti mengalami kematian. Tentu saja meski pasti terjadi, kematian orang yang dikasihi sering kali begitu sulit diterima. Sebagian orang bahkan lalu merasa terpukul dan kecewa pada Tuhan karenanya. Tuhan dianggap jahat karena telah mengambil orang terkasih kita.

Mengapa itu bisa terjadi? Sering kali masalahnya terletak pada bagaimana kita lebih banyak menaruh harapan, juga sukacita, kebahagiaan, dan keamanan, di tangan orang-orang yang kita kasihi tersebut. Kita pun menjadi tergantung dengan keberadaan mereka. Kita baru gembira saat bersama mereka, kita merasa aman dan bahagia saat mereka ada, bahkan masa depan kita pun disandarkan kepada keberadaan mereka. Ketika mereka tiada, kehilangan besar bukan hanya karena kita kehilangan orang yang kita sayangi, tapi karena kita kehilangan sukacita, rasa aman, bahkan kepastian di masa depan. Bersedih karena orang yang dikasihi meninggal dunia itu wajar. Yesus pun mengalaminya (Yoh. 11:35). Namun, hilang pengharapan, bahkan merasa hidupnya tidak lagi berguna dan menyalahkan Tuhan itu soal lain. Peristiwa menyedihkan mestinya tetap kita pandang dalam cara pandang Tuhan, bahwa Dia tetap pegang kendali dan masih ada pengharapan di dalam Yesus.

Abraham adalah contoh luar biasa. Saat Tuhan menyuruhnya mempersembahkan Ishak, ia tak hanya akan kehilangan anak, tapi dia sendirilah yang harus melakukannya. Tapi, Abraham taat, bukan karena ia tak punya perasaan, tapi karena ia beriman bahwa Tuhan yang baik pasti punya rencana yang jauh lebih baik dari yang bisa ia pikirkan (Kej. 22:8). Ada Tuhan dalam tiap relasinya. Artinya, Tuhan juga yang mengatur hubungan kita dengan orang lain. Entah kita dipertemukan atau dipisahkan dengan seseorang, itu semua ada dalam kendali-Nya. Bahkan jika harus memilih, Tuhan atau orang yang kita kasihi, kita akan tetap memilih Dia (Luk. 14:26). • ARC

Tempatkan dan utamakan Tuhan di tengah hubungan kita dengan orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sombong

Maret 3, 2023

Nurut Kehendak Tuhan

Maret 3, 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *