Mazmur 37: 1-40
Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; Mazmur 37:25
Rekan saya mengisahkan pengalamannya saat kampus teologi tempat ia menimba ilmu akan menggelar hajatan besar. Hajatan tersebut adalah sebuah reuni akbar nasional kampus itu. Seorang pendeta yang juga mantan rektor kampus dimintai pendapat terkait acara tersebut. Karena para alumni usul agar alumni dari luar kota menginap di asrama kampus, maka panitia mengajukan pendapat aneh. Mereka minta agar kamar-kamar yang akan ditempati dibiarkan apa adanya. Maksudnya, biar para alumni kasihan dengan kampus mereka. Jika sudah kasihan, harapannya mereka akan menyumbang kampus tercintanya. Namun, usul itu ditolak habis-habisan oleh sang rektor. “Saya tidak mau kalian menjual kemiskinan,” tegasnya. “Saya mau semua alumni menyatakan bahwa kita telah mengalami berkat Tuhan.”
Bila Anda amati, sikap menjual kemiskinan kini ada di mana-mana. Di media, potret kemiskinan ditampilkan sedemikian rupa hingga mengundang belas kasihan. Melihatnya memang bisa membuat iba. Namun, kalau kemiskinan itu jadi “bahan jualan”, dampaknya justru buruk. Orang menjadi suka memanfaatkan belas kasihan orang lain. Mentalitas seperti ini tentu tidak baik. Alih-alih menunjukkan sikap pantang menyerah, mereka malah memanfaatkan kelemahannya untuk kepentingan diri sendiri. Apa yang dikatakan Alkitab tentang hal ini? Lihat contoh perempuan Kanaan yang percaya (Mat. 15:21-28). Lihat juga, orang kusta yang tak mau menyerah pada keadaannya (Mrk. 1:40-45).
Tuhan tidak ingin kita menjadi manusia yang pengeluh dan suka mempertontonkan kelemahan. Tapi, Ia ingin kita menjadi manusia yang penuh ucapan syukur. Janji Tuhan bahwa Ia akan selalu ada dalam hati orang percaya sudah cukup menjadi alasan bersyukur dan bersukacita. Belas kasih Tuhan sudah terlalu melimpah atas hidup kita. Mental selalu ingin dibelaskasihani pada dasarnya adalah mental yang lebih berharap pada manusia ketimbang pada kekuatan Allah yang ada dalam kita. Jadi, mari tunjukkan bahwa Tuhan Yesus memelihara hidup kita. Amin! • Ama Calista
Kita tak perlu dibelaskasihani, kitalah yang menunjukkan belas kasihan