RH Spirit 01 Mei 2024
Galatia 1:10
Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia?
Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
Galatia 1:10
Seorang influencer kesal dengan seorang pemilik restoran. Ia merasa disepelekan karena diminta membayar makanan yang ia review untuk dijadikan konten. Menurutnya, dengan tempat usahanya diulas akun berfollower besar, mestinya si pemilik resto justru membayarnya. Di kasus lain, seorang pemimpin media menceritakan bagaimana ia membuat seorang pegawai yang awalnya tidak ramah berubah jadi ramah saat ia pamerkan jumlah pengikut media sosialnya yang banyak.
Hal-hal seperti itu bukan lagi hal aneh. Bagi banyak orang, jumlah follower, subscriber, hingga jumlah likes di media sosialnya disamakan dengan jumlah dukungan. Orang menyebutnya validasi. Sebelum ada media sosial pun, validasi adalah salah satu kebutuhan manusia. Kita ingin diterima, kita senang jika orang menyukai kita, kita lebih percaya diri jika banyak yang mendukung kita. Kini, media sosial menjadi sarana di mana kebutuhan akan validasi itu makin terpenuhi dan bisa dilihat dengan mudah. Kebutuhan untuk diterima dan dihargai itu normal. Tapi pertanyaannya, ke mana kita mencarinya?
Mencari validasi kepada manusia adalah sia-sia. Nyatanya, tidak semua orang yang mendekati (atau mengikuti kita di medsos) adalah orang yang mendukung kita. Tidak sedikit yang hanya penasaran, bahkan ada juga yang justru ingin mencari kekurangan kita dan menunggu kegagalan kita. Terlebih jika kita mencari validasi itu di medsos, sebuah dunia maya di mana orang bisa menjadi siapa saja. Tak ada yang salah dengan menjadi influencer atau pegiat media sosial, di mana kita memang harus selalu berusaha membuat orang tertarik dengan media yang kita kelola itu. Namun, jangan sampai hal itu membuat kita kehilangan nilai kita yang sebenarnya, yaitu nilai yang Tuhan taruh dalam hidup kita. Nas hari ini berkata, jika kita masih berusaha mencari perkenanan atau validasi dari manusia, maka kita tidak bisa berkata bahwa kita adalah hamba Kristus. Keberhargaan kita di mata manusia selalu berubah. Hari ini dipuji, besok dicaci. Namun, di mata Allah, apapun kondisi kita dan siapapun kita, di mata-Nya kita selalu berharga, karena Ia bahkan sampai rela mati untuk kita. Jangan sampai kita salah dalam hal ini! • Tom
Jangan mencari validasi dari manusia yang pikirannya selalu berubah-ubah