Penjahat Beriman

RH Spirit for Woman 01 April 2021

Lukas 23:33-43

…ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Lukas 23:42

 

Ibrani 11 memuat banyak tokoh yang dikenal sebagai pahlawan iman. Tapi, seperti dikatakan oleh penulis surat Ibrani sendiri di ayat 33, ia akan kekurangan waktu jika harus menceritakan iman banyak nama lain. Charles Spurgeon dalam sebuah khotbahnya pernah mengatakan bahwa andai si penulis surat Ibrani ada saat peristiwa penyaliban Yesus, mungkin ia akan menambahkan iman satu tokoh ini. Alkitab memang tidak menyebutkan namanya, bahkan ia dikenal dengan sebutan buruk: sebagai penjahat (dalam bahasa Inggris ia disebut pencuri). Begitu besar kejahatannya hingga ia dirasa layak dijatuhi hukuman mati dengan digantung di atas kayu salib.

Nah, hari ini kita justru akan belajar dari iman penjahat ini. Kata “penjahat” dan “beriman” memang terdengar kontradiktif. Tapi, itulah yang terjadi di atas salib di bukit Golgota saat itu. Di tengah rasa sakit, penghinaan dan penderitaan, di antara begitu banyak keraguan, cemooh dan ucapan miring, penjahat ini justru menyatakan imannya kepada Yesus. Padahal, keadaan Yesus saat itu sama saja, bahkan mungkin lebih buruk, daripada dirinya. Yesus tak berdaya di atas salib. Ia bahkan dicemooh karena tak bisa menyelamatkan diri-Nya sendiri padahal sebelumnya Ia menolong banyak orang.

Banyak orang beriman karena tahu ia bisa mengandalkan Tuhan, bahwa Tuhan bisa menolongnya, bahwa Ia akan bertindak tepat pada waktu-Nya. Banyak orang bahkan beriman bahwa Tuhan tidak akan mempermalukan mereka yang percaya pada-Nya. Tapi, lihatlah keadaan penjahat ini. Semua kondisi itu tidak ia lihat dan rasakan. Ia benar-benar percaya tanpa syarat. Ia bahkan percaya bahwa keselamatan di dalam kekekalan jauh lebih penting dari selamat saat ia masih di dunia ini. Adakah iman seperti ini kita miliki? Sepintas, penjahat itu memang terlihat begitu “enak”. Ia melakukan hal-hal jahat sepanjang hidupnya dan di detik-detik akhir, ia bertobat dan Yesus menjamin ia akan ada bersama Dia di Firdaus. Tapi, lihat situasinya saat itu. Ini iman yang luar biasa. Iman yang memang hanya fokus pada Yesus saja, bukan pada kepentingan dan keinginan sendiri. Ketika kita berdoa dan keadaan tidak membaik bahkan memburuk. Ketika kita meminta tapi Ia berkata tidak. Ketika sampai mati kita tak mendapat apa yang kita doakan, masihkah kita beriman pada-Nya? • @

Ketika kita berdoa dan keadaan justru memburuk, apakah kita mau tetap beriman pada-Nya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Time is Life

Maret 2, 2021

Ambisi Para Imam

Maret 2, 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *