RH Spirit 01 September 2024
Mazmur 127:1-2
Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam,
dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah–sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur
Mazmur 127:2
Jika dibandingkan 30 atau 50 tahun lalu, ada begitu banyak hal yang kini bisa kita lakukan dengan jauh lebih cepat. Mencuci pakaian, memasak, menanak nasi, mencari informasi, berkendara, dsb, kini bisa lebih cepat dilakukan dengan adanya teknologi. Jika banyak aktivitas sehari-hari bisa dilakukan lebih cepat, semestinya kita punya lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal penting yang lain, bukan? Kenyataannya, manusia zaman ini justru makin kekurangan waktu. Ya, meski bergerak lebih cepat, tuntutan yang diberikan juga makin meningkat.
Kita tidak lagi sekadar ingin bisa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, tapi kita ingin menyelesaikan lebih banyak hal dan semuanya harus menghasilkan sesuatu yang sempurna. Kita tidak puas dan kita ingin lebih dan lebih lagi. Kita juga merasa waktu kita terlalu berharga untuk digunakan beristirahat atau melakukan hal-hal yang membuat kita lebih rileks, terhibur, atau nyaman. Sebagian orang bahkan merasa menyesal jika memakai waktunya untuk istirahat. Ia menganggap waktunya baru bermanfaat ketika ia memakainya untuk bekerja, entah pekerjaan terkait profesinya, pekerjaan rumah tangga, atau pekerjaan lainnya. Ya, kita kadang menuntut diri untuk bisa selalu menghasilkan sesuatu, menyelesaikan sesuatu, meningkatkan sesuatu, sebagai cara untuk mengejar kesempurnaan.
Bukan berarti tidak usah mengusahakan yang terbaik (lih. Pkh. 9:10), tapi Salomo, raja terkaya dalam sejarah berkata, “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah–sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.” Terlalu dangkal jika menilai hidup yang berhasil, bahkan yang sempurna, itu hanya dilihat dari berapa banyak pekerjaan yang kita selesaikan. Nyatanya, justru ketika kita bisa menikmati apa yang ada saat ini, alih-alih terus mengejar apa yang belum ada, barulah kita bisa melihat hidup ini sebagai berkat untuk disyukuri. Lebih banyak stres terjadi karena kita merasa terus dikejar atau harus mengejar sesuatu. Maka, mari belajar mensyukuri dan menikmati saat ini, karena itu sangat penting untuk kita. Amin? • ARC
Kunci hidup penuh syukur adalah ketika kita bisa menikmati apa yang ada pada kita saat ini.