RH Spirit Motivator 01 Desember 2024
Yeremia 29:1-23
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29:11
Bagi banyak orang, Natal adalah masa sibuk. Mulai dari persiapan acara di gereja, belanja kebutuhan Natal keluarga, rencana liburan, sedangkan di pekerjaan kita juga melakukan evaluasi dan persiapan untuk tahun berikutnya. Itu saja sudah memunculkan stres sendiri. Sekarang ini, bagi sebagian orang, masalah dan stres tak lagi hanya karena Natal atau pergantian tahun saja. Pasar yang lesu, kebutuhan yang meningkat, hingga berita buruk tentang politik, hukum, dan bencana alam, plus masalah pribadi lainnya, membuat kita seolah terjepit oleh tekanan, kebutuhan, dan ketakutan. Di saat-saat seperti ini, Natal rasanya jauh dari kata damai, walau kata itu begitu sering diucapkan hari-hari ini.
Apa yang damai dari Natal? Masih relevankah kata “damai” itu didengungkan di masa seperti ini? Ayat yang menjadi nas hari ini tentu sudah sering kita dengar. Frasa “rancangan damai sejahtera dan bukan rencana kecelakaan untuk memberikan hari depan yang penuh harapan.” mungkin juga sering kita kutip saat berdoa atau sebagai pernyataan iman kita. Frasa itu terdengar sangat indah, positif, dan memberi semangat. Namun, tahukah Anda bagaimana konteks ayat itu diucapkan? Saat itu, Israel sedang dalam pembuangan. Dua nabi pun muncul dengan dua nubuat berbeda. Hananya bernubuat bahwa dua tahun lagi, Israel akan kembali ke tanah airnya. Tapi, Yeremia bernubuat bahwa Israel akan dibuang selama 70 tahun. Meskipun demikian, Tuhan berjanji akan menyertai Israel dan memberikan damai sejahtera kepada mereka, walau dalam pembuangan.
Banyak orang mengutip ayat tadi saat sedang dalam kesesakan, dengan membayangkan Tuhan akan menggenapi ayat itu dengan melepaskan mereka. Tapi, kita harus mengerti bahwa damai sejahtera Allah tidak bisa dibatasi oleh masalah atau situasi. Jangan sampai kita membatasi atau berusaha mengatur bagaimana semestinya damai sejahtera itu diberikan. Kondisi dunia boleh saja tidak makin baik. Kondisi kita mungkin tidak banyak berubah. Namun, itu sama sekali bukan halangan bagi Tuhan untuk melimpahkan damai sejahtera-Nya. Kondisi sulit juga bukan berarti kita tak bisa menjadi berkat. Sesungguhnya penyertaan Tuhan jauh lebih penting, bahkan lebih dari kelepasan itu sendiri. • ARC
Kondisi sulit bukanlah halangan untuk menjadi berkat dan mengalami damai sejahtera-Nya