Ulangan 28:1, 15
“Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Ulangan 28:1
Jika Anda termasuk facebooker (alias pecinta situs Facebook) yang gemar mengisi kuis-kuis iseng, Anda akan menjumpai ada kuis-kuis tentang kesetiaan. Judulnya kira-kira seputar, ‘seberapa setiakah Anda?’, ‘apakah kamu tipe setia?’ dll. Mereka yang mengisi kuis-kuis itu bisa mendapat nilai 80% setia, atau 10% setia, dst. Namun pada hakekatnya tentu kita tidak bisa mengukur kadar kesetiaan seseorang dengan prosentase angka. Seandainya Anda bertanya kepada pasangan Anda seberapa setia ia kepada Anda, lalu ia menjawab 85%, bisakah Anda menyebutnya suami atau istri atau kekasih yang setia? Tentu saja tidak, bukan? Kenyataannya kesetiaan tidak bisa kurang dari 100%. Bahkan seandainya 99,9% sekalipun, ia tetap akan dikategorikan tidak setia. Kita tidak mau ia hanya setia di depan kita saja, atau ketika di rumah saja – namun ternyata tidak di kantor atau di luar negeri.
Hal yang sama berlaku juga dalam hubungan kita dengan Tuhan. Kesetiaan kita kepada Tuhan tidak dapat ditawar dan dikurangi. Allah menghendaki kita setia. Dan setia berarti 100%. Harga pas, tidak bisa kurang. Kita tidak bisa mengurangi hukum-hukum Allah, atau membuat penyesuaian sesuai keinginan kita. Kita tidak bisa berkata bahwa kita akan setia di kala semua baik-baik saja, namun mentolerir dosa karena merasa keadaan memaksa. Ada banyak orang mau menjadi orang Kristen, tapi hidup dalam kesetiaan yang setengah-setengah. Memilah-milah manakah pengajaran Alkitab yang cocok dengannya dan mana yang tidak. Menolerir perceraian, perselingkuhan dan berbagai macam dosa.
Allah kita setia, dan kesetiaan-Nya teruji. Ia melakukan apa yang Ia ucapkan dan meskipun hal itu berarti harus membayar harga yang begitu mahal – yakni dengan mengorbankan nyawa-Nya sendiri, Ia tetap setia. Allah tidak berubah setia ketika situasi menjadi sulit dan tidak enak. Ia tetap mengambil cawan dan meminumnya meskipun rasanya pahit. (Mat.26:39) Allah bahkan tetap setia meski kita tidak setia. Lalu bagaimana dengan diri kita? Adakah kita akan terus tidak setia? • TMS
Setia haruslah 100%