Sombong

Matius 16:21-28

Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu!
Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau.”
Matius 16:21

 

Seorang Ibu menemani putranya yang berusia 7 tahun menjalani holiday programme. Aktivitas hari itu adalah membuat scrapbook dengan kain flanel. Membuat prakarya bukanlah bidang yang menjadi kelebihan bocah itu. Karena itu, akhirnya sang ibulah yang lebih banyak aktif dalam menyelesaikan sebagian besar pekerjaan. Bosan menganggur, anak laki-laki itu mengambil flanel sisa yang tidak terpakai dan mulai menggulungnya. Ketika ia tunjukkan hasilnya kepada Ibunya, sang ibu langsung memujinya. “Wah, bagus sekali. Hebat lho kamu bisa punya ide seperti ini!” Maksudnya tentu saja adalah untuk memotivasi sang anak supaya merasa bahwa ia punya bakat juga dalam hal pekerjaan tangan. Namun, yang tidak disangka, putranya justru berkata, “Kok Mama nggak kepikiran sih bikin kayak begini ?”

Cukup menggelikan juga. Pujian yang diberikan untuk memberi motivasi, malah membuat anak itu “sombong” dan merendahkan ibunya. Tapi, bukankah sering kali seperti itu yang terjadi? Seseorang yang tahu sedikit biasanya lebih sombong daripada yang tahu banyak. Seseorang yang sudah ahli dalam satu hal, biasanya sadar bahwa ada banyak hal yang belum ia pahami. Tetapi orang lain yang baru saja mendalami satu bidang, biasanya menganggap dirinya sudah mengetahui semuanya.

Saat masih melayani bersama Yesus, Petrus pernah ditegur dengan keras karena hal ini. Satu kali, ketika Yesus sedang bicara bahwa Ia akan menderita, dibunuh, dan bangkit, Petrus justru menegur Yesus. Di ayat 22 ditulis, Petrus menarik Yesus ke samping. Bayangkan, sikap Petrus ini. Mungkinkah ia menganggap Yesus sedang bicara melantur sehingga Petrus harus datang menyadarkan-Nya? Ya, Petrus merasa lebih tahu apa yang terbaik bagi Gurunya itu melebihi Tuhan sendiri! Bukankah ini menggelikan? Namun, mungkinkah kita juga kadang melakukan hal ini. Mungkinkah kita juga kadang sombong bahkan dengan Tuhan? Kita merasa lebih tahu daripada Tuhan, sehingga merasa bisa mendikte Dia. Jangan sampai sikap kita justru membuat kita menjadi konyol, bahkan ditegur Allah. Ingat, semakin kita merasa tahu, sebenarnya itu tanda kita belum banyak tahu. • Angga

Tuhan lebih tahu dari kita, tidak perlu kita berusaha mendikte Dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Matematika Tuhan

Februari 28, 2023

Mengapa Tuhan Mengambilnya?

Februari 28, 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *