RH Spirit Next 01 Desember 2020
Lukas 2:21-40
Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk
oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan
hukum Taurat, Lukas 2:27
Banyak orang menunggu datangnya Natal dengan beragam motivasi yang berbeda. Natal sering kali dihubungkan dengan diskon besar-besaran, liburan panjang, pesta meriah, bagi-bagi hadiah, dsb. Sering kali keceriaan dan kemeriahan itu berlalu dengan begitu cepat sehingga kita malah kehilangan makna dari Natal yang sesungguhnya. Kalo ada tokoh di Alkitab yang sangat menantikan datangnya Natal, maka orang itu adalah Simeon dan Hana. Simeon adalah seorang yang hidup saleh dan Hana adalah seorang nabi perempuan yang udah berusia lanjut. Mereka berdua udah lama menantikan kedatangan Yesus di dunia. Kerinduan mereka untuk melihat Yesus terlihat dari ketekunan dan usaha mereka saat menanti kedatangan-Nya. Bahkan kepada Simeon, Roh Kudus menyatakan kalo ia nggak akan mati sebelum melihat Mesias dengan mata kepalanya sendiri. Penantian mereka pun nggak sia-sia karena hari itu Roh Kudus membimbing mereka menuju Bait Allah dan akhirnya bertemu dengan Mesias yang dijanjikan.
Peristiwa kelahiran Yesus merupakan bukti penggenapan janji Allah pada manusia. Sayangnya, nggak semua orang menyadari kalo janji-Nya udah digenapi. Hanya orang yang konsisten menjaga hidupnya agar tetap berkenan pada Tuhan yang akan dimampukan untuk menyadari penggenapan janji-janji-Nya. Penantian kita terhadap janji Allah mencakup dua hal, yaitu pembebasan dari dosa yang telah dipenuhi melalui kelahiran serta pengorbanan Yesus di atas kayu salib, serta penantian akan kedatangan-Nya yang kedua kali untuk menjemput kita.
Hari Natal yang sebentar lagi kita rayakan bisa kita jadikan sebagai pengingat kalo salah satu janji Allah telah digenapi. Hal itu nunjukin kalo Allah selalu setia dengan janji-janji-Nya. Namun janji Allah nggak berhenti sampe di situ aja karena kita masih harus menantikan pengenapan janji-Nya yang lain yaitu kedatangan-Nya yang kedua kalinya. Selama menantikan penggenapan janji akan kedatangan-Nya yang kedua tersebut, mau seperti apa kita bersikap? Apakah kita akan menjadi seperti Simeon dan Hana, yang tetap berkomitmen untuk hidup benar di hadapan Tuhan meski dikelilingi oleh keadaan yang sama sekali nggak mendukung? Atau justru hidup sesuka hati sambil memuaskan keinginan kita sehingga kita makin menjauh dari Tuhan? • Vian
“Persiapkan hati dengan baik agar Natal tidak berlalu sia-sia karena hanya mengarah kepada sesuatu yang seremonial belaka.” John Hagee – Pendeta