1 Tawarikh 13:1-14
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Matius 11:29
Saat Irene Pepperberg, seorang Profesor University of Arizona, mengatakan “selamat malam”, ia biasanya mendengar sebuah balasan yang mengatakan, “Sampai jumpa, aku akan menyantap makan malamku. Sampai ketemu besok pagi.” Meski respons itu tidak selalu berbunyi persis seperti itu, namun yang mengucapkannya adalah selalu mulut yang sama. Respons itu berasal dari Alex, seekor betet abu-abu Afrika, yang menjadi objek penelitian Pepperberg selama 22 tahun. Alex sudah dapat menghafalkan seratus kata dan dapat membedakan 50 objek berbeda serta memilah-memilah objek-objek itu berdasarkan warna, bentuk, dan tekstur.
Betet saja bisa diajar, apalagi kita manusia! Kita sangat bisa untuk diajar, cuma masalahnya terkadang kita tidak mau diajar. Merasa diri pintar dan superior, merasa bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik daripada orang lain, meremehkan pengetahuan dan kata-kata orang lain, keras kepala; itulah beberapa alasan mengapa manusia kadang-kadang tidak mau diajar. Belajarlah dari Daud. Ia adalah sosok yang selalu mau belajar dan meminta petunjuk dari Allah. Ia sedikit marah dan ketakutan ketika Allah menghukum Uza yang mengulurkan tangan memegang tabut Allah (1 Tawarikh 13:10), namun ia belajar dari pengalaman itu dan menjadi orang yang mau belajar. Katanya, “”Bagaimanakah aku dapat membawa tabut Allah itu ke tempatku?” Perkataan itu jelas menyatakan bahwa Daud meminta petunjuk dari Allah. Ia mau belajar tentang bagaimana seharusnya ia melakukan sesuatu. Ia tidak merasa superior meskipun ia adalah raja.
Jadilah seperti Daud yang senantiasa mau belajar. Jadilah seperti Alex si betet yang menurut saja apa yang diajarkan Pepperberg. Tuan kita, yakni Tuhan, tidak akan mengajarkan atau memberikan arahan yang akan membuat kita celaka. Kita tidak seharusnya menganggap diri selalu tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Jangan keraskan hati kita saat kita menerima ajaran. Ajaran itu Tuhan berikan untuk kebaikan kita. • Dianpra
Jadilah seperti spons, yang selalu menyerap air saat air menghampirinya.