Matius 18:1-10
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku,
lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut
Matius 18:6
Tuhan Yesus menghendaki anak-anak yang datang kepada-Nya disambut dan diperlakukan dengan baik demi nama-Nya. Ia menegaskan barangsiapa menjadi batu sandungan bagi anak-anak sehingga membuat mereka meragukan-Nya, kehilangan kepercayaan terhadap-Nya ataupun menjauh dari kebenaran firman, maka orang itu pantas mendapatkan hukuman paling berat. Hukuman itu yaitu ditenggelamkan dengan batu kilangan ke laut yang dalam.
Masyarakat kuno menggiling gandum dengan menebarkannya di atas batu rata dan menggilingnya halus-halus dengan batu bulat yang disebut batu kilangan. Batu kilangan yang dimaksud Matius 18:6 adalah yang digerakkan keledai, ini berarti jenis kilangan yang lebih besar yang diputar oleh hewan atau tahanan, dan disimpan di rumah kilangan. Batu ini sangatlah berat, orang benar-benar akan tenggelam jika batu ini diikatkan pada lehernya. Itulah sebabnya, orang Yahudi memandang hukuman ditenggelamkan adalah bentuk hukuman yang sangat menakutkan yang dilakukan hanya oleh orang kafir. Kematian tanpa kubur, termasuk tenggelam di laut, dipandang sebagai kematian terburuk. Orang kafir percaya bahwa roh orang yang mati dengan cara seperti itu akan bergentayangan selamanya di atas air.
Tuhan memandang berdosa orang yang menyesatkan anak-anak. Kata “menyesatkan” di sini mengandung makna “membuat orang tersandung jatuh dari kepercayaannya, atau jatuh dalam keraguan akan kebenaran firman”. Orang dewasa bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendorong anak-anak untuk percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, juga untuk membimbing mereka supaya tetap tinggal dalam iman. Tuhan menganggap orang yang menjadi batu sandungan bagi anak-anak dalam mengikut Dia sangatlah berdosa dan layak untuk dihukum seberat-beratnya. Dengan demikian, sudah semestinya kita sebagai orang dewasa harus dapat menjaga cara hidupnya agar dapat menjadi teladan bagi anak-anak sehingga mereka percaya kepada Tuhan. • Dhina. K
Jangan sampai kita menjadi penghalang bagi anak-anak untuk mengenal Kristus sebagai Juru Selamat.