RH Spirit 01 Juli 2024
Matius 22:37
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu
Matius 22:37
Levi Dade, seorang apologet Kristen, sedang mengobrol santai dengan sesama teman Kristennya. Ia bertanya, “Apa yang kau lakukan jika ada temanmu yang bukan Kristen bertanya, apa dasar alasanmu menaruh pengharapan pada Kristus?” Temannya menjawab, “Aku akan langsung menghubungimu.” Apakah kita juga akan menjawab yang sama? Jika kita ditanya oleh orang non-Kristen mengenai isi Alkitab, apalagi itu berkaitan dengan dasar iman kita, maka ibarat peserta kuis Who Wants to Be a Millionaire, kita akan segera pakai opsi “Call a Friend”. Entah itu teman yang kita anggap lebih tahu, yang lebih rohani, teman yang sarjana teologi, atau hamba Tuhan. Kita beralasan takut jawaban kita salah. Pertanyaannya, jika kita tak yakin bahwa apa yang kita ketahui tentang Tuhan selama ini benar, seberapa besar usaha kita selama ini untuk mencari jawaban yang benar itu? Bagaimana pula kita mengaku beriman jika kita sendiri tak yakin tahu tentang kebenaran yang kita imani?
Banyak orang Kristen berprinsip, pokoknya saya percaya saja. Atau ditambah, pokoknya saya berbuat baik dan tidak berbuat jahat. Tentang belajar lebih dalam tentang firman Tuhan, ia beralasan tak punya waktu. Bahkan ada yang menjuluki mereka yang belajar Alkitab dan teologi sebagai ahli Taurat atau orang Farisi. Meski mungkin bercanda, tapi hal seperti itu makin membuatnya enggan untuk benar-benar belajar Alkitab. Tapi, jika ada orang bertanya soal Alkitab, ia akan tetap menyodorkan teman-teman “Farisi”nya itu.
Ingatlah hukum kasih yang pertama, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Berapa sering kita mengabaikan bagian terakhir, yaitu mengasihi dengan akal budi ini? Tuhan mau kita mengasihi-Nya dengan total. Tak berhenti pada tataran perasaan. Tidak hanya yang penting tindakan kita benar, titik. Tapi, Ia mau kasih itu ada di akal pikiran kita juga. Bukan berarti kita harus menjadi apologet. Namun, untuk bisa mengenal Tuhan, kita harus punya pengetahuan tentang Tuhan terlebih dulu. Dengan pengetahuan yang benar akan Tuhan, kita bisa mengenal Tuhan yang benar, yang tidak dikaburkan oleh opini manusia. • ARC
Mempelajari firman Tuhan adalah keharusan bagi setiap orang percaya