RH Spirit 01 Januari 2025
Filipi 3:1-16
…. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus
Filipi 3:8
Pada Olimpiade Barcelona 1992, Amerika mengirimkan timnas basket berjuluk The Dream Team. Tim ini berisi para pemain profesional NBA terhebat di masa itu. Dengan popularitas global NBA, mereka pun ibarat selebriti. Kehadiran mereka selalu menarik perhatian. Pengecualian adalah John Stockton. Pemain berkulit putih dengan postur biasa ini bisa berjalan-jalan tanpa menarik perhatian. Dengan pembawaannya yang low profile, mungkin orang mengira ia hanyalah turis biasa. Para rekannya pun mengaku iri dengan Stockton karena hal itu.
Jika kita berada di tempat di mana tak seorang pun yang mengenal kita, apa yang akan kita lakukan? Akankah kita berusaha menunjukkan siapa diri kita kepada mereka? Ataukah kita justru akan memakai kesempatan itu untuk melakukan hal-hal yang tidak biasanya kita lakukan? Bagi sebagian orang, faktor lingkungan bisa sangat memengaruhi apakah kita bisa berubah atau tidak. Kita bisa membuat resolusi bagus, tapi karena lingkungan tidak mendukung, resolusi itu bisa bubar di tengah jalan. Kita ingin diet, tapi jika lingkungan kita adalah orang-orang yang hobi kuliner, itu akan sulit dilakukan. Kita ingin belajar bicara di depan umum atau ingin menjadi content creator, tapi begitu orang sekitar mencemooh dan menertawakan, keinginan itu pun surut. Demikian pula dengan keinginan untuk hidup kudus, lurus, melakukan disiplin rohani, dsb. Faktor lingkungan itu sangat berpengaruh.
Bagaimana dengan resolusi Anda untuk tahun 2025 ini? Faktanya, banyak orang gagal melakukan resolusi tahun barunya, banyak orang gagal berubah, karena mereka tetap berada di lingkungan yang sama. Ini bukan berarti kita harus pindah ke tempat tak ada orang yang mengenal kita atau memutus hubungan dengan semua orang. Tidak. Namun, untuk bisa berubah, pertama-tama ubahlah dulu pergaulan atau lingkungan kita yang negatif atau yang menghambat kita untuk berubah. Bagi Paulus, ia bahkan meninggalkan lingkungan di mana ia dihormati sebagai intelektual terkemuka dan punya privilege. Namun, itulah harga bayar agar ia bisa mendedikasikan dirinya melayani Kristus. Mari coba pikirkan, adakah lingkungan yang selama ini menghalangi kita berubah lebih baik? • Tom
Mengubah lingkungan bisa jadi langkah awal mengubah kebiasaan.