Diam, Tenanglah!

Markus 4:35-41

“Diam! Tenanglah!’ Lalu angin itu reda
dan danau itu menjadi teduh sekali.
Markus 4:39

“Macet lagi… ada apa ya”? Keluh saya dalam hati sambil terus menjalankan mobil perlahan. Pagi itu saya sengaja mengambil jalan melewati pasar supaya lebih menyingkat jarak. Tapi yang saya lihat pagi itu beda. Pasar begitu hiruk pikuk, bunyi klakson di mana-mana, celotehan para penjual sayur, penjual buah, tukang becak dan teriakan juru parkir berbaur menjadi satu. Sungguh alternatif keliru. Apalagi kecepatan mobil harus benar-benar diperlambat karena bis kota berjalan tepat di depan.

Suasana yang demikian riuh ini membuat saya tak sabar ingin segera meninggalkan keramaian pasar. Belum selesai rasa gusar itu hilang, tiba-tiba mata saya terpaku kepada seorang penjahit sepatu di pinggir jalan. Di tengah keriuhan, kepadatan dan kebisingan, penjahit sepatu itu dengan santai dan tenang bekerja tanpa menghiraukan yang terjadi di sekelilingnya. Dengan cekatan tangan terampilnya menjahit sepatu, diapit kedua kakinya sambil sesekali menggosok sepatu itu dengan lap. Sesaat saya terpesona sampai tak sadar riuh klakson di belakang. Cepat-cepat saya injak pedal gas dan berlalu. Namun, bayangan penjahit sepatu itu masih membayangi. Saya simpulkan bahwa untuk sesuap nasi, penjahit sepatu itu tidak lagi menghiraukan segala keramaian dan kebisingan hidup, tapi dia dapat melatih diri tetap tenang agar dapat menyambung hidup.

Saya pun merasa hal itu juga yang seharusnya kita lakukan dalam kehidupan kita. Begitu banyak hal yang bisa membuat kita pusing dan stres di tengah keriuhan masalah dan kejadian di dunia ini. Namun, di tengah kebisingan, kegaduhan, dan kepanikan orang-orang untuk bersaing melanjutkan kehidupan, kita perlu melatih diri untuk tetap tenang. Untuk apa? Tentu saja agar kita dapat mendengarkan arahan dan tuntunan Roh Kudus. Sama seperti perintah Tuhan Yesus saat badai bergelora membuat para murid-Nya panik. “Diam, tenanglah!” Sesibuk-sibuknya kita, biarlah suara Tuhan yang lembut itu tetap bisa kita dengar agar dalam mengarungi kehidupan ini, kita tidak kehilangan tuntunan. Amin? • Herry

Di saat badai kehidupan bergelora, dapatkah kita tetap tenang untuk mendengarkan petunjuk-Nya?

Hati Emas

Februari 18, 2017

Pelajaran dari Kopi Tumpah

Februari 18, 2017