Benarkah Kita Memahami?

RH Spirit Woman 01 Februari 2021

1 Korintus 9:19-22

Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.
Amsal 18:13

 

Di buku pelajaran sekolah dulu, atom digambarkan seperti bola padat. Kita juga belajar tentang bumi yang juga digambarkan bulat sempurna bak bola. Nyatanya tidak demikian. Atom kurang tepat digambarkan seperti bola padat karena atom itu kosong. Demikian juga bentuk bumi pun tidak bulat sempurna. Kenapa kita menggambarkan atom yang super kecil atau bumi yang sangat besar itu seperti bola? Karena itu mempermudah kita dalam membayangkan. Ya, bahkan sains tidak selalu akurat membayangkan sesuatu yang sangat kecil atau sangat besar.

Itulah gambaran bagaimana manusia memahami dunia. Membayangkan atom sebagai satu wujud kosong itu justru mempersulit kita dalam mempelajarinya. Meski tidak akurat, membayangkannya sebagai sebuah bola nyatanya membantu kita memahaminya. Dalam memahami orang lain, kita juga sering bertindak seperti itu. Kita suka membayangkan situasi yang orang lain hadapi, keadaan yang ia alami, atau pemikiran yang ia miliki dengan sesuatu yang sudah kita akrabi. Yang paling mudah tentu pengalaman dan pemikiran kita sendiri. Dalam memahami anak, kita juga sering kali memakai pemikiran atau pengalaman kita. Kita kesal melihat anak tidak juga paham penjumlahan padahal bagi kita sangat mudah. Kita memarahi anak yang malu saat disuruh tampil ke depan, beda dengan kita yang justru suka tampil di depan banyak orang. Kita lalu membanding-bandingkan, bahkan ada orang tua tega menyebut anak “bodoh” karena lemah di bidang tertentu, padahal di bidang itu orang tuanya sangat ahli.

Seperti itukah memahami? Tidak. Kita tidak bisa memahami dengan benar jika selalu memaksakan pengalaman, pikiran, dan cara pandang kita. Untuk bisa memahami dengan baik, kita harus sadar bahwa tiap orang atau tiap situasi itu sering kali unik, tidak semua bisa disamakan. Itu sebabnya, kita harus dengarkan mereka (Ams. 18:13). Jika kita ingin memenangkan (mengerti dan menolong) anak kita (1 Kor. 9:22), kita harus bisa menempatkan diri di posisi mereka (ay. 20-22). Dengarkan dia, pahami kesulitan, keinginan, dan harapannya. Kenali kelebihan dan kekurangannya, ketimbang merasa sudah tahu sehingga hanya ingin didengarkan saja. • @

Kita tidak bisa memahami orang lain jika selalu menganggap cara pikir kitalah yang paling benar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Saat Harus Mundur

Januari 1, 2021

Kekuatan Kasih

Januari 1, 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *