RH Spirit Motivator 01 Maret 2022
Lukas 14:25-35
Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?
Lukas 14:28
Suatu ketika saya diminta menjadi narasumber tentang tulis-menulis di sebuah sekolah. Peserta yang hadir cukup banyak, sekitar 40-50 orang. Selama kurang lebih empat jam saya berbicara, berbagi pengetahuan saya tentang tulis-menulis. Sebelum berangkat ke sana, saya mengingatkan diri sendiri untuk menyampaikan realitas, tak dominan memotivasi. Realitas yang saya maksud adalah bahwa kisah penulis gagal itu ada. Terlalu sering kisah penulis sukses seperti J.K. Rowling, Stephen King, atau Andrea Hirata dijadikan ilustrasi bahwa menulis itu bisa membuat orang jadi kaya raya, terkenal, dsb. Realitanya jauh lebih banyak penulis yang karyanya tak laku, tidak menerima royalti, dan harus melakukan berbagai pekerjaan lain untuk menyambung hidup.
Saya tidak mengajak orang untuk pesimis. Bukan juga berkata bahwa realistis artinya selalu pahit. Tapi, kita juga harus seimbang. Motivasi bisa mengobarkan semangat; tapi berpikir realistis (bukan negatif apalagi pesimis) mengajak orang menilik ke dalam dirinya: benarkah pilihanku ini benar-benar tepat? Yesus bukan mengajak orang untuk pesimis. Tapi, Ia mengajak orang yang hendak mengikuti Dia berpikir realistis, dalam artian benar-benar menyadari keputusannya dengan sadar, bukan sekadar karena euforia sesaat belaka. Maka, di satu waktu Ia mengingatkan bahwa serigala punya liang tapi Anak Manusia tak punya tempat meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Ini artinya, mengikut Yesus juga harus siap hidup dalam keterbatasan. Dan di bacaan hari ini, Yesus memakai gambaran orang yang akan membangun menara, yang harus mengkalkulasi dulu kemampuannya. Maksud-Nya, ketika akan mengikut Yesus, perhitungkan dulu apakah kita benar mau setia sampai akhir.
Di masa kini, ada banyak ajaran tentang kesuksesan. Mendengarkan ajaran seperti itu mungkin benar bisa membakar semangat. Tapi pertanyaannya, sudahkah kita mengkalkulasi kemampuan, minat, keseriusan dan konsistensi kita untuk mau terus berusaha? Siapkah kita jika yang terjadi tidak seindah yang digambarkan di seminar-seminar motivasi? Lebih dari sekadar mencari cara agar semangat bisa membara, jangan lupa juga untuk merenung dengan kepala dingin agar kita tak salah langkah. • Sdk
Jangan membuat keputusan hanya berdasarkan semangat sesaat.
Semangat memang diperlukan dalam hidup. Keputusan harus didasarkan sikap realistis, berdasarkan pertimbangan. Kekurangan dan kelebihan ditimbang. Pesimis dalam mengambil keputusan juga tidak sepenuhnya salah. Namun, berimbang antara semangat membara dan kekurangan yang ada. ini dimaksudkan agar keputusan yang diambil tidak menesakkan dada di kemudian hari. Selamat dan menginspirasi untuk selalu instrospeksi diri.
Ya setuju