RH Spirit Next 01 Juni 2022
Markus 12:41-44
Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka:
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang
yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Markus 12:43
John Wesley pernah cerita soal pria yang kurang ia sukai karena baginya pria itu adalah orang yang pelit dan tamak. Suatu hari, saat pria itu memberikan sumbangan yang nominalnya kecil untuk keperluan amal, Wesley mengkritiknya di depan umum. Setelah kejadian itu, pria itu mendatangi Wesley secara pribadi dan cerita kalo selama ini ia hidup cuma dengan makan wortel dan air putih. Pria itu menjelaskan kalo sebelum bertobat, ia adalah orang yang suka ngutang trus lari. Sekarang, ia mau membayar ketidakjujurannya itu; ia hidup untuk membayar utang-utangnya yang menumpuk. “Kristus sudah mengubahku menjadi pria yang jujur,” katanya, “makanya saya hanya bisa memberi sedikit persembahan karna saya juga harus membayar utang-utang saya. Saya harus menunjukkan pada orang-orang di dunia bahwa anugerah Tuhan juga dapat mengubahkan pribadi yang dulunya sangat tidak jujur.” Mendengar hal itu, Wesley lalu meminta maaf pada pria tadi.
Kejadian itu mirip banget sama peristiwa saat Yesus dan beberapa muridnya melihat seorang janda yang mempersembahkan hartanya untuk Tuhan. Waktu itu di Bait Allah, Yesus melihat beberapa orang yang memasukkan persembahan. Ada banyak orang kaya yang mempersembahkan banyak uang. Tapi, ada yang yang spesial di antara banyak orang kaya itu, yakni seorang janda yang mempersembahkan “hanya” dua peser atau satu duit. Satu duit saat itu adalah koin Romawi terkecil. Di Indonesia zaman sekarang, mungkin sama dengan koin Rp 100. Apa yang Yesus lakukan saat itu? Ia sama sekali nggak menghakiminya. Justru, Ia memuji janda itu dan menunjukkan empatinya kepada janda itu. Ia menempatkan diri di posisi janda itu. Ia memahami kalo buat janda itu, uang yang kecil itu sebenernya adalah seluruh nafkahnya.
Faktanya, kita sering kali menghakimi orang lain secara nggak adil, padahal kita sama sekali nggak tahu gimana keadaannya dan motifnya. Inilah yang harus diubah mulai dari sekarang. Sebelum pikiran dan perkataan kita menghakimi, alangkah lebih baik kalo kita bisa terlebih dulu memahami dan berempati, seperti yang Yesus lakukan saat melihat janda miskin yang memberikan persembahan. Ketimbang buru-buru menghakimi seseorang dengan predikat ini itu, cobalah untuk memahami hidup dan posisinya terlebih dulu. • Dn
Menghakimi orang lain dan terburu-buru menilai orang lain hanya akan membuat hidupmu tercemar.
Paul Stanley – Musisi