RH Spirit 01 Februari 2025
Matius 7:24-27
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana,
yang mendirikan rumahnya di atas batu.
Matius 7:24
Dalam dongeng, biasanya cerita dibuka dengan: “Pada zaman dahulu kala” (once upon a time) lalu ditutup dengan: “Lalu mereka menikah dan hidup bahagia selama-lamanya.” (and they lived happily ever after). Itu yang terjadi dalam dongeng. Dalam kehidupan nyata, menikah bukanlah titik akhir yang akan membuat sepasang kekasih hidup bahagia selamanya. Pernikahan justru awal dari kehidupan baru dengan tantangan yang juga baru. Tentu ada banyak pernikahan yang dijalani dengan bahagia. Ada banyak juga suami istri yang merasa menemukan kebahagiaan setelah menikah. Semua orang yang menikah pun tentu berharap pernikahan mereka akan membawa kebahagiaan.
Tapi, apakah benar pernikahan akan membuat kita bahagia? Ini adalah salah satu nasihat yang bisa menyesatkan pasangan yang hendak menikah. Pernikahan bukan cara untuk membuat kita bahagia. Hanya karena kita menikah, termasuk menikah dengan orang yang amat kita sayangi atau yang amat mencintai kita, tidak otomatis membuat kita bahagia. Yang benar adalah, kita dan pasangan harus sama-sama mengusahakan agar kehidupan pernikahan kita bahagia. Menikah supaya bahagia juga adalah tujuan yang rentan, karena begitu kita mengalami pasang surut dalam pernikahan, maka kita akan putus asa, berpikir bahwa kita telah menikahi orang yang salah, dan orang lainlah yang mestinya kita nikahi! Bahaya bukan?
Tujuan menikah bukan agar bahagia. Tapi, kebahagiaan adalah dampak dari sebuah pernikahan yang sehat. Akan ada banyak tantangan yang kita hadapi dalam pernikahan. Kadang itu bisa membuat perasaan kita pasang surut. Itu sebabnya kita harus punya dasar yang kuat. Yesus berkata, dasar yang kuat, yang akan tahan menghadapi segala masalah, akan kita dapat ketika kita mendengarkan firman Tuhan dan melakukannya (Mat. 7:24). Ini yang pertama harus kita lakukan. Terapkan iman, praktikkan kasih dalam pernikahan kita, utamakan kehendak Tuhan, maka pernikahan kita akan bertumbuh sehat. Pernikahan, sebagai gambaran relasi jemaat dengan Kristus (Ef. 5:32), harus dibangun dari firman Tuhan, bukan dari ambisi pribadi. • ARC
Pernikahan yang sehat akan membuat bahagia.