Dari Curiga ke Percaya

RH Spirit 01 September 2023

Yohanes 21:15-19

Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?
… Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku
Yohanes 21:17

 

Hidup bukanlah matematika. Dalam Matematika, 2 tambah 2 selalu 4. Tapi, dalam hidup tidak selalu demikian. Jika hidup adalah ilmu Matematika, maka makin dekat hubungan kita dengan seseorang, makin kita bisa mempercayainya. Nyatanya, ada kalanya justru saudara, pasangan, orang tua, anak, atau sahabat karib kita yang mengkhianati kepercayaan kita. Dalam Matematika, tidak ada kejutan. Tapi, dalam hidup ini, ada kalanya terjadi kejadian-kejadian mengejutkan. Dikhianati orang terdekat, ditipu sahabat atau saudara sendiri, orang yang kita harapkan ternyata mengecewakan, dst.

Mendengar pengalaman orang yang mengalami hal seperti itu saja sudah membuat prihatin, apalagi jika itu kita alami sendiri. Muncullah istilah trust issue atau krisis kepercayaan. Bahkan ini bisa dibentuk dari kecil. Anak perempuan yang kerap melihat ayahnya melakukan KDRT tumbuh dengan anggapan jika pria adalah berbahaya. Anak laki-laki yang ibunya dominan dan ayah pasif, tumbuh menjadi pria yang kurang percaya diri. Demikian juga anak-anak yang menjadi korban perceraian atau pelecehan. Tak salah jika orang berkata, kepercayaan itu seperti kertas. Sekali diremas, akan sulit jadi halus lagi. Kepercayaan juga ibarat penghapus yang makin menyusut seiring bertambahnya kesalahan. Orang yang tak bisa terbuka dan selalu curiga kepada semua orang biasanya punya masalah trust issue ini.

Lalu apa yang mesti dilakukan jika mengalami trust issue? Pertama, jujur pada diri sendiri. Akui segala kepada Tuhan atau kepada konselor tentang trauma dan kepahitan yang membuat Anda sulit percaya orang lain. Jangan tekan emosi, tapi ungkapkan perasaan dengan cara yang benar (bdk. Ef. 4:26). Tiga, belajar mengampuni. Minta kekuatan dari Tuhan untuk bisa melakukannya. Terakhir, belajarlah untuk bisa kembali mempercayai. Yesus memberi contoh bagaimana Ia tetap mempercayai Petrus yang telah 3 kali menyangkal-Nya. Hal yang sama juga Ia lakukan kepada kita saat kita mau bertobat dan berbalik kepada-Nya. Itu juga yang mestinya kita lakukan kepada mereka yang dulu melakukan kesalahan pada kita tapi kini telah berubah. Sebagaimana kita ingin orang lain percaya pada kita, kita juga butuh orang lain yang bisa kita percayai. • ARC

Jika kita ingin orang lain percaya pada kita, belajarlah juga percaya pada orang lain

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Harus Pakai Perlengkapan

Agustus 1, 2023

Sesal Datang Belakangan

Agustus 1, 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *