Juggling

Matius 7:24-27

Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana.
Amsal 24:16

 

Anda pernah menyaksikan atraksi juggling? Pemain sirkus bisa memakai bola, besi, atau benda-benda lainnya. Seorang bartender (peracik minuman) memakai botol minuman. Seorang pemain bola memakai bola untuk menunjukkan keterampilan jugglingnya. Apapun objeknya, juggling adalah salah satu atraksi yang hanya bisa dilakukan orang dengan latihan khusus. Namun, sebenarnya hanya dua hal yang harus dikuasai orang untuk bisa melakukan atraksi ini. Yang pertama adalah seni melempar. Yang kedua adalah seni menangkap. Apapun dan berapapun objek yang kita gunakan dalam juggling itu, kuncinya adalah apakah kita bisa melempar dan menangkapnya kembali dengan sempurna.

Tahukah Anda? Hal itu juga mirip dengan manajemen risiko dalam dunia bisnis. Dalam mengambil keputusan-keputusan di dunia bisnis, kita ibarat sedang melakukan juggling. Selalu ada risiko jatuh yaitu saat keputusan yang kita ambil ternyata keliru. Tapi, sebagaimana pepatah berkata, “Lebih baik mencegah daripada mengobati”, demikian juga kunci dari suksesnya sebuah keputusan adalah dari saat kita mempertimbangkan untuk mengambil keputusan tersebut. Kunci sukses dari sebuah bisnis adalah bagaimana kita mempersiapkan bisnis tersebut. Kunci sukses sebuah teamwork adalah saat kita pembentukan tim tersebut.

Yang kedua, seni juggling adalah seni menjatuhkan. Bahkan, inilah yang membuat atraksi juggling tampak menarik. Juggling dengan risiko kecil juga akan kurang menarik. Juggling dengan sepuluh bola akan lebih menarik daripada dua bola, atau juggling dengan memakai gelas yang mudah pecah akan lebih menarik dibanding menggunakan bola karet. Dalam dunia bisnis, hal ini mungkin tidak disenangi oleh mereka yang perfeksionis, yang tidak mau ambil risiko gagal. Padahal, sering kali tanpa merasakan kegagalan, maka kita akan sulit mencapai sesuatu yang menarik dan maju. Nah, dalam hal menghadapi risiko, kuncinya memang sering kali bukanlah menghindari kegagalan, tapi memastikan bahwa sekalipun gagal, dampaknya tidak akan merusak, tapi justru membuat kita bisa berintrospeksi untuk bisa belajar dan melakukan yang lebih baik lagi. • Arie

Jangan hindari kegagalan, tapi minimalisir dampak kerusakan jika memang harus gagal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Before Judging

Mei 17, 2022

Rileks

Mei 17, 2022

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *