Ladies First

RH Spirit Girls 01 April 2020

Markus 16:1-9

Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus.
Markus 16:1

 

Suatu hari, ada sepasang kekasih yang berjalan di hutan. Sesampainya mereka di jalan yang sempit dan gelap, si pria mempersilakan pacarnya untuk jalan duluan sambil mengucapkan “ladies first”. Di pertengahan jalan, karena saking takutnya, si perempuan sama sekali nggak menyadari kalo cowoknya ternyata sudah nggak ada di belakangnya. Cowok itu pergi meninggalkannya diam-diam.

Mendengar istilah “ladies first”, cewek-cewek tentu akan merasa seneng. Ungkapan ini menandakan bahwa dirinya dihargai dan didahulukan. Tapi, apakah benar begitu? Coba deh cek sejarah munculnya istilah ini. Pada masa Perang Dunia I, konon istilah ini muncul karena pada masa perang, para pria biasanya “mempersilakan” perempuan untuk keluar dari sebuah ruangan duluan, supaya seandainya di luar ada musuh yang menembak, sang pria bisa membalas tembakan musuh karena dilindungi oleh perempuan. Meski terdengar mengerikan, tapi penjelasan ini cukup masuk akal, mengingat pada masa itu, kebanyakan senjata dipegang oleh laki-laki.

Sejarah munculnya emang seperti itu, tapi tentu penggunaannya sudah berbeda sekarang. Sekarang, umumnya “ladies first” memang diucapkan dengan tulus dan diucapkan untuk menunjukkan penghargaan pada perempuan. Tuhan pun melakukannya. Ia menjadikan para perempuan sebagai saksi pertama yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa kubur Yesus sudah kosong. Padahal, peran wanita pada zaman itu biasanya dinomorduakan.

Maka dari itu, di mana pun dan dalam tiap kesempatan apa pun, kalo ada orang yang mendahulukan kita, terima saja dan jangan lupa mengucapkan terima kasih. Tapi, hindari menjadikan hal ini sebagai hak kita. Nggak bisa kita selalu berharap orang lain (terutama cowok) untuk selalu mendahulukan dan mengutamakan kita. Kita juga perlu menyadari bahwa nggak semua orang itu punya pola pikir yang sama. Latar belakang keluarga dan pendidikan pun beda-beda. Jadi, nggak semua orang akan bisa bersikap sebagaimana yang kita harapkan. • Dian

Bersyukurlah jika didahulukan, tapi kalau pun tidak, tidak perlu juga menuntutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Seni Grafiti ala Tuhan

Maret 17, 2020

Cukupkah Gajiku?

Maret 17, 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *