Taat dalam Ketidakadilan

Kejadian 31:22-42

Seandainya Allah ayahku, Allah Abraham dan Yang Disegani oleh Ishak tidak menyertai aku, tentulah engkau sekarang membiarkan aku pergi dengan tangan hampa; tetapi kesengsaraanku dan jerih payahku telah diperhatikan Allah Kejadian 31:42

Sesuatu dinyatakan adil bila dilakukan pertukaran yang sebanding. Uang, fasilitas atau reward ditukarkan sebanding dengan tenaga dan pikiran yang dikeluarkan. Jika tidak, kita menyebutnya tidak adil. Inilah kira-kira inti dari konsep keadilan dalam sebuah transaksi di dunia ekonomi. Kita lihat sendiri bagaimana masalah keadilan ini sering menjadi permasalahan serius dalam hubungan industrial, entah antara pihak perusahaan dan pekerja, konsumen dan produsen, dsb.

Dalam bacaan kita hari ini, kita melihat bahwa Yakub pun pernah selama 20 tahun mengalami ketidakadilan dalam “hubungan industrial” dengan Laban. Bekerja tanpa waktu kerja yang jelas, dituntut mengganti kerugian yang sebenarnya terjadi karena kecelakaan kerja, mendapat upah tidak semestinya, bahkan sepuluh kali dicurangi upahnya (ayat 38-41). Itu semua masih ditambah dengan tidak adanya “perjanjian kerja sama” yang jelas antara Laban dan Yakub. Akibatnya posisi Yakub selalu menjadi di pihak yang dirugikan.

Yakub tentu saja tidak suka akan hal itu. Ini tampak dari caranya mengekspresikan kekesalannya. Tapi anehnya, selama 20 tahun ia tidak berpikir untuk meninggalkan tempat kerjanya. Ia baru pergi setelah ada instruksi dari Tuhan. Yakub mengerti kapan Tuhan ingin ia bergerak. Dan kita lihat hasil dari ketaatan Yakub menantikan Tuhan. Harta kekayaan Laban dipindahkan kepada Yakub (ayat 9).

Tantangan seperti ini jugalah yang sering kali kita hadapi dalam memperjuangkan iman dan prinsip hidup kekristenan kita di tengah dunia yang bengkok ini. Ada kalanya, Tuhan tampak “tidak adil” ketika Ia mengizinkan orang berdosa justru lebih “sukses”, lebih kaya, dan aman-aman saja meski sering bertindak semena-mena. Rencana-Nya bukanlah rencana kita. Yang pasti, saat kita mau tetap setia berjalan dalam kehendak-Nya, Ia sangat mampu mengubah hidup kita. Apa pergumulan yang sedang Anda hadapi saat ini? Jangan bergerak sendiri, tapi pekalah terhadap kehendak-Nya. • Martinus

Jangan bertindak sendiri, belajarlah lebih peka mendengar perintah-Nya

Menjadi Pemimpin

Februari 2, 2017

Tidak Selalu Mukjizat

Februari 2, 2017