Apakah Saya Terlalu Sensitif?

RH Spirit 01 Maret 2023

Amsal 19:11

Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.
Amsal 19:11

 

Kata “sensitif” punya dua konotasi. Kita menyebut si A sensitif karena ia perasa ataupun gampang tersinggung. Kita juga menyebut si B sensitif karena ia lebih peka dengan perasaan orang lain atau dengan perubahan yang orang lain tidak terlalu lihat atau rasakan. Nyatanya, sifat sensitif itu memang bisa mengarah ke dua hal: positif dan negatif.

Di satu sisi, punya sensitivitas itu baik bahkan penting. Kita akan lebih toleran, lebih memahami orang lain, dan lebih bisa membaca kesedihan dan duka orang lain. Namun, terlalu sensitif juga tidak baik. Orang yang terlalu sensitif bisa terganggu, tersakiti, atau merasa sedih untuk sesuatu yang mestinya bisa diabaikan. Orang lalu sering memberi nasihat seperti ini kepada orang sensitif: cuek saja, tak usah anggap mereka ada, tutup mata tutup telinga saja, dll. Tapi, nasihat seperti ini justru kurang bijak sebab memiliki hati dan perasaan yang lembut bukanlah kesalahan. Yang lebih tepat adalah kita harus sadar bahwa tersinggung, marah bahkan sakit hati adalah pilihan.

Ya, punya perasaan lembut dan sensitif bukan berarti kita tidak punya pilihan untuk tetap bersikap positif, walau orang di sekitar kita mungkin bersikap negatif. Kita tidak perlu mengubah diri menjadi pribadi yang cuek atau tidak peduli orang lain. Namun, kita bisa memilih untuk tetap melihat sikap dan ucapan orang lain, atau situasi yang kita alami, dalam cara pandang bahwa semua itu terjadi atas seizin Tuhan. Dan jika kita mengimani bahwa Ia adalah Allah yang baik, kita juga percaya jika semua yang Ia izinkan terjadi pada kita adalah untuk maksud baik (Rm. 8:28). Punya perasaan sensitif tidak selalu berarti kita menjadi seorang yang mudah tersinggung, tapi kita bisa memilih menjadi seorang yang berempati tinggi, penuh perhatian, dan peduli sesama. Nas hari ini berkata, akal budi membuat panjang sabar. Ya, imbangi sensitivitas kita dengan akal budi/hikmat. Tidak buru-buru menilai, selalu mencari tahu lebih dulu fakta yang ada, melihat sesuatu secara objektif, itulah beberapa contoh untuk kita menggunakan akal budi dan hikmat. Dengan demikian, sensitivitas kita tidak lantas membuat kita mudah sakit hati, tapi justru membuat kita mudah mengasihi dan peduli. • ARC

Sensitiflah untuk peduli dan berempati, bukan sensitif untuk mudah tersinggung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkat & Tanggung Jawab

Februari 3, 2023

Bukan Sekadar Menimbun

Februari 3, 2023

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *