Jujur Demi Kebaikan

 Amsal 22:1, 5, 8

Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu.
Amsal 22:5

 

Orang Barat menyebut segala sesuatu yang berhubungan dengan nasi sebagai rice. Tapi, orang Indonesia menyebut nasi dengan berbagai jenis nama. Mulai dari padi, beras, nasi, lontong, ketupat, dsb. Sebaliknya, orang Indonesia tidak akrab dengan minuman wine. Maka, disebutlah minuman itu sebagai anggur, sama dengan nama buah bahan dasarnya. Tapi, orang Kristen di Perancis mungkin bingung mendengar kalimat “Yesus mengubah air menjadi anggur”. Buah anggur bagi mereka tentu saja beda dengan minuman bernama wine. Minuman fermentasi anggur (dan buah lainnya) itu pun masih banyak namanya, seperti white wine, red wine, rose wine, champagne, dsb.

Semakin kita akrab dengan sesuatu, semakin kita punya banyak nama yang membeda-bedakan sesuatu itu. Kebohongan pun sama. Kita punya berbagai nama untuk kebohongan. Ada bohong putih, fitnah, hoax, melebih-lebihkan, ingkar, pemalsuan, penyangkalan, dsb. Inti dari semua itu sebenarnya satu saja: bohong! Itulah bukti bahwa kebohongan begitu akrab dengan hidup manusia.

Ya, kebohongan dan sejarah manusia sejak jatuh dalam dosa memang sangat erat. Kita ingat bahwa ular mulai membujuk Hawa awalnya dengan kebohongan mengenai buah terlarang (Kej. 3:1-5). Dari situ, Adam ikut bohong dengan menyangkal dan menyalahkan Hawa sebagai pembujuknya. Mazmur 116:11 bahkan berkata, semua manusia pembohong. Mengapa manusia begitu gemar bohong? Alasannya karena mereka merasa kejujuran bisa membuat mereka jatuh dalam masalah, merugikan, dll. Sebaliknya, berkata bohong akan “menyelamatkan” bahkan menguntungkan kita. Inilah muslihat Iblis yang terus didengungkan hingga hari ini. Amsal berkata, jalan orang yang serong hatinya (penuh kebohongan) akan dipenuhi duri dan perangkap. Sementara kata bijak berkata, orang jujur tak perlu mengingat apapun. Jika ucapan kita sudah sesuai fakta, kita cukup berkata apa adanya. Ya, sesungguhnya jujur adalah demi kebaikan kita sendiri. Ingatlah, kebohongan merusak kepercayaan orang pada kita. Padahal, kepercayaan adalah dasar dari setiap hubungan. Dan salah satu dasar kebahagiaan hidup adalah hubungan yang harmonis dengan sesama. Setuju? • @

Kejujuran itu menguntungkan dan membawa kebaikan bagi diri kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Makanan yang Kekal

November 19, 2021

Keterbukaan, Kepercayaan

November 19, 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *