Komunikasi & Perceraian

RH Spirit Woman 01 Februari 2020

Yakobus 4:1-3

Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; Yakobus 1:19

 

Apa hal yang paling sering menyebabkan perceraian? Ternyata bukan soal KDRT, perselingkuhan, dll. Setidaknya itulah menurut hasil dari polling situs Yourtango. Dalam jajak pendapat kepada 100 pakar bidang kesehatan mental yang biasa menangani perceraian, 65% perceraian terjadi karena masalah komunikasi. Akibatnya, 43% pasutri gagal mengatasi konflik dalam pernikahan mereka.

Masalah komunikasi tentu bukan sekadar tidak pernah mengobrol atau jarak bertemu karena jarak berjauhan. Menurut para ahli tersebut, masalah komunikasi juga meliputi kebiasaan yang mungkin tidak kita sadari sebagai masalah. Misalnya, tiap obrolan selalu membahas masalah. Salah satu hal yang harus diobrolkan memang adalah masalah. Tapi jika setiap ngobrol selalu membahas masalah dan masalah, mengobrol pun jadi tak menarik. Contoh masalah lain adalah soal fokus. Ada yang hidupnya terlalu banyak fokus (karier, keluarga, teman, pelayanan, dll) sehingga tak ada kedekatan dengan pasangan. Ada yang ketika ada masalah lalu fokus ke hal yang salah (lebih fokus ke pribadi ketimbang membereskan masalah). Hal lain tentu saja adalah kurangnya saling menghargai dalam hubungan. Istri tak menghargai pendapat suami, suami menyepelekan saran dan perasaan istri.

Mengingat pentingnya komunikasi dalam pernikahan, sudah saatnya kita harus lebih serius dalam meningkatkan komunikasi kita dengan suami. Caranya bukan lebih banyak memberondong suami dengan kata-kata (apalagi omelan dan keluhan) tapi dengan membangun suasana komunikasi yang nyaman bagi Anda berdua. Ada dua prinsip penting di sini. Pertama, bersedia mendengarkan dan tidak mudah menyanggah apalagi marah (Yak. 1:19). Banyak orang bertengkar hanya karena ia buru-buru menyimpulkan. Kebiasaan buru-buru menyimpulkan ini juga membuat lawan bicaranya merasa tidak dihargai. Akhirnya, pecahlah pertengkaran. Kedua, jauhkan nafsu untuk menang dan dibenarkan. Yakobus 4:1-3 berkata bahwa penyebab pertengkaran adalah hawa nafsu. Nafsu untuk dianggap benar ketimbang mencari kebenaran, nafsu untuk diutamakan ketimbang mengutamakan orang lain, itulah yang kerap membuat cekcok. Mari praktikkan ini dalam komunikasi pernikahan kita masing-masing. • @

Tujuan pernikahan bukanlah agar memiliki pikiran yang sama, tapi berpikir bersama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kompetitor Saja Kerja Sama!

Januari 17, 2020

Little Thing Called Love

Januari 17, 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *