Iman dan Hikmat

1 Raja-raja 3:25

Kata raja: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.”

Iman dan hikmat itu tidak bisa dipisahkan. Itu bak dua sisi mata uang, harus ada bersama-sama dan berjalan berdampingan. Mengutamakan yang satu sementara mengabaikan yang lain tidak akan menghadirkan mukjizat dalam hidup kita. Bicara soal ini, ada empat tipe orang Kristen. Tipe pertama, beriman tapi tidak berhikmat. Ini golongan orang Kristen nekat. Prinsipnya, yang penting percaya. Padahal percaya tanpa disertai pengetahuan yang benar membuat kita ngawur. Orang Kristen ini bagaikan pengendara yang gas pol tapi rem blong. Yang penting pelintir gas sedalam-dalamnya. Padahal tanpa diimbangi hikmat atau pengetahuan, ini bisa membahayakan.

Tipe kedua, berhikmat tapi tidak beriman. Ini golongan orang Kristen yang punya pengetahuan (teori), tapi takut untuk melangkah dan mempraktikkannya. Tahu bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, tapi tidak berani melangkah dan tidak berani mempercayakan hidupnya kepada Tuhan. Ini bagaikan pengendara yang remnya diinjak terus, tanpa berani buka gas. Tidak akan bisa jalan. Tidak akan punya pengalaman bersama Tuhan. Tipe ketiga, tidak berhikmat dan tidak beriman. Ini golongan orang Kristen yang paling parah. Tidak percaya, sekaligus tidak punya pemahaman yang benar akan Tuhan. Hidupnya dibiarkan mengalir begitu saja, dihantam, dan dihanyutkan begitu saja oleh arus dunia.

Tipe keempat inilah yang harus kita miliki, beriman sekaligus berhikmat. Berani melangkah dengan iman, sekaligus punya dasar yang kuat mengapa harus melangkah. Melangkah, tapi tidak ngawur. Tindakan Salomo saat memberi keputusan untuk menentukan mana ibu yang asli saat mereka berebut anak menunjukkan bahwa Salomo itu beriman sekaligus berhikmat. Iman Salomo terlihat dari keberaniannya mengambil keputusan untuk memenggal anak yang diperebutkan itu menjadi dua dan membaginya kepada dua ibu yang sedang berebut itu (ay. 25). Namun keputusan Salomo tersebut bukanlah tindakan ngawur, sebab Salomo punya hikmat bahwa ibu yang asli pasti tidak akan tega membiarkan anaknya terbunuh (ay. 26). Iman dan hikmat harus berjalan beriringan. Kita tidak bisa mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain. [Petrus Kwik]

Iman dan hikmat itu bak dua sisi mata uang, kita tidak bisa mengutamakan yang satu dan mengabaikan yang lain.

Komunikasi

Agustus 29, 2018

Deep Working

Agustus 29, 2018