Efesus 5:22-33
Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya
dengan diam-diam. Matius 1:19
“Kawin cerai”, “tidak cocok lagi”, “dengan dia rasanya lebih pas”, adalah istilah yang banyak kita dengar. Apalagi televisi pun menyuguhkan kasus ini sebagai produk infotainment yang asyik dikonsumsi telinga publik. Sementara, sadar tidak sadar televisi ikut ambil bagian dalam membentuk perilaku masyarakat. Dari kasus kawin cerai maupun perselingkuhan lahirlah generasi yang rapuh, kebal aturan, sampai hati nurani yang sekarat. Ini sangat memilukan hati Tuhan. Tuhan merancang kesatuan sejak awai penciptaan manusia, yaitu pernikahan, bukan sebaliknya. Pernikahan yang mencerminkan hubungan Tuhan dengan jemaat-Nya. Pernikahan yang Tuhan rancang adalah persekutuan seumur hidup, sampai maut yang memisahkannya.
Matius menulis kisah Yusuf dan Maria,”karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama istrinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya (Maria) dengan diam-diam”. Lihatlah, Yusuf tidak dalam keadaan mengingini wanita lain apalagi berselingkuh, bahkan maksud hatinya tulus, itu pun dicegah oleh Tuhan. Tuhan berfirman agar Yusuf tetap memperistrikan Maria. Yusuf taat, menundukkan pikiran dan menyatukan hatinya dengan Maria untuk melihat kehendak Tuhan terjadi dalam pernikahan mereka. Kisah ini memang menyentuh.
Banyak masalah yang bisa terjadi dalam pernikahan, mungkin keinginan-keinginan yang belum tercapai atau mungkin masalah tekanan dalam kehidupan. Tetapi mari kita melihat masalah ini dengan hati yang bersatu dengan pasangan yang sudah Tuhan berikan untuk kita. Tuhan memberi Adam pasangan bukan dari tempat yang asing melainkan dari bagian tubuhnya sendiri, yaitu tulang rusuknya. Begitu juga dengan kita, yang adalah bagian yang kembali, the missing puzzle, dari pasangan kita. Mari kita membangun pernikahan yang kuat, dalam roh dalam jiwa maupun dalam kehidupan jasmani kita. Ketika masalah datang menerpa rumah tangga itu, jangan memutuskan untuk berjalan sendiri-sendiri. Sebaliknya, Tuhan justru menghendaki kita bergandengan tangan lebih erat untuk dapat mengatasinya bersama-sama. Pernikahan bukan hanya rencana indah yang kita inginkan, tapi sesungguhnya juga yang Tuhan harapkan. ël
Hadirkan Allah dalam pernikahan Anda.